Inilah Perbedaan Antara Film dan Sinetron India, China, Jepang dan Indonesia

Setiap negara pasti punya budaya dan keunikan masing-masing. Tak terkecuali juga dalam hal filmnya, setiap negara pasti punya perbedaan dan keunikannya sendiri-sendiri… Baik itu jalan ceritanya, kisahnya, pemerannya, maupun lokasinya…

Dan inilah beberapa perbedaan antara film India, China, Jepang dan Indonesia…

Film India
  1. Seorang pria tidak akan merasa sakit saat melakukan perkelahian sengit namun akan mengaduh sakit saat seorang wanita berusaha membersihkan lukanya.
  2. Tokoh jagoannya tak pernah jatuh cinta pada jagoan wanita kecuali sebelumnya mereka menari-nari di bawah hujan.
  3. Sekali dipakai make-upnya tidak pernah luntur, saat hujan atau pun saat lainnya.
  4. Dua orang kekasih bisa menari-nari di tengah lapang, dan entah dari mana 100 orang lainnya akan muncul dari antah berantah dan bergabung menari bersama mereka (penari latar Michael Jackson aja kalah banyak).
  5. Pada babak akhir, sang jagoan akan menemukan bahwa tokoh jahat yang dilawannya sebenarnya adalah saudara kandungnya, wanita tua yang mencarinya adalah ibunya, dan kepala Inspektur adalah ayahnya serta sang hakim adalah pamannya dan seterusnya.
  6. Kata-kata Inggris yang biasanya muncul adalah (biasanya diucapkan keras-keras di antara kalimat) No problem!, My God!, Get out!, Shut-up!, Impossible!, Please forgive me!
  7. Mereka berguling-guling dan berputar-putar sambil bernyanyi dan muncul lagi dengan pakaian berbeda.
  8. Mereka bisa berlari mengelilingi pohon kelapa, bernyanyi, saling memandang dan memalingkan muka menggoda dan berganti pakaian pada waktu yang sama tanpa menarik nafas….
  9. Jagoan gak boleh liat pohon dan tiang listrik, pasti joget dulu berputar-putar dan tiba-tiba wanitanya muncul, gak heran film India minimal pasti 3 jam (wajar aja lah, filmnya kebanyakan adegan nyanyinya).
  10. Air mata sang jagoan dan si wanita gampang mengucur bak keran air, tapi cepat juga kering dan langsung joget mbok.
Film Kungfu China
  1. Menjadi orang tua sang jagoan selalu bernasib sial dan biasanya selalu dibunuh oleh musuh saat si jagoan masih muda, dan si jagoan akan jadi yatim piatu terus belajar ilmu silat dan balas dendam, dan seterusnya.
  2. Ketika seseorang terluka berat dan sekarat, ia selalu berhasil bertahan hidup dan mengucapkan beberapa kalimat untuk mengungkapkan si  pembunuh sebelum kepalanya terkulai dan menyatakan dirinya telah benar-benar mati.
  3. Orang-orang yang mahir kungfu mampu terbang ke atas atap, ke atas pohon dan menempuh jarak jauh tanpa berkeringat. Namun saat berjalan ke kota dan desa-desa mereka tetap harus berjalan kaki atau menunggang kuda.
  4. Sang jagoan tak perlu bekerja untuk mendapatkan uang, namun selalu memiliki uang emas dan perak untuk membayar makanan mereka. (Minta jatah preman kali ye….)
  5. Sang jagoan dan sang penjahat akan saling bertemu walaupun negara mereka sangat luas dan tak peduli di manapun mereka berada (padahal belum ada HP, gimana janjiannya, hihi).
  6. Menyembuhkan luka dalam di tubuh cukup dengan duduk bersilang kaki, telapak tangan di lutut dan asap keluar dari kepala (pake ilmu tenaga dalam gitu deh).
  7. Mereka bisa menyimpan banyak barang di baju lengan panjang mereka dan tak pernah menjatuhkannya. Terutama sedemikian banyak logam-logam emas….dan botol-botol obat penyembuh berbagai racun.
  8. Jagoan pasti jago minum arak, apalagi sedang kesel/marah, sekali minum bisa berdru-drum (5-10 drum) kayak Jacky Chan Pendekar Mabuk.
  9. Sebelum mati, sang guru bisa mentransfer tenaga dalam ke muridnya hanya dengan menempelkan telapak tangan ke pundak si murid begitu gampang dan cepat bahkan mengalahkan kecepatan USB cable, infra red dan bluetooth jaman sekarang.
  10. Hebatnya kalo wanita mengenakan kostum pria, dan suaranya suara wanita, namun orang-orang bahkan pendekar pria tidak sadar bahwa itu seorang wanita, harus melalui proses tak sengaja, seperti menyentuh dada si wanita baru pendekarnya sadar (cape deh..!)
Film Robot Jepang
  1. Biasanya kalo jagoannya mau berubah wujud, si musuh nunggu dulu sampe si jagoan benar-benar berubah wujud secara sempurna – kayak pesawat mau mendarat aja, sampe sempurna – mungkin si musuh memang gentlemen, gak mau nyerang si jagoan yang tengah lagi berubah wujud (satria baja hitam banget).
  2. Kalo anak buah musuh suka nyerang jagoan secara gerombolan alias maen keroyokan, tapi anehnya selalu kalah, padahal jumlah mereka bisa satu kompi ato lebih. Dan lucunya lagi kalo berkelahi, si pengeroyok gak suka nyerang dari belakang jagoan, ya itu tadi biar gentle kali yah! (kalo dipikir, mana ada keroyokan kalah sama 1 orang, betul gak gan).
  3. Biasanya si musuh ternyata sodara kandung si jagoan, dan itu baru ketauan saat akhir episode – telenovela banget yah, hehehe.
  4. Kalo lagi berantem, si musuh udah ngeluarin semua senjatanya, dan si jagoan tetap selamat, paling-paling jatuh doang tapi bangkit lagi, tapi giliran si jagoan ngeluarin satu (catet : satu) senjata, si musuh langsung terkapar !
  5. Lokasi berantemnya dipilih di tempat yang terbuka kayak di lapangan, di pelabuhan, di padang rumput, padahal saat ketemu musuhnya pertama kali, si jagoan lagi bukan berada di lokasi tersebut ! (pakai teleport jd mreka lngsung ngilang cari lokasi baru).
  6. Kalo jagoannya berkelompok, kayak Gogle V, Voltus, Megaloman, ceweknya mesti hanya satu personel, sisanya cowok semua. Gak pernah denger ada cewek semua, ato ceweknya empat, cowoknya satu (mungkin ntar kasian cowoknya kali ya jadi andalan terus, hehehe).
  7. Si musuh suka nyerang penduduk lokal secara tiba-tiba, barulah si jagoan muncul (kenapa gak jagoan dulu yang muncul baru musuh nyerang? Betul gak gan?)
  8. Bila jagoannya berupa raksasa, tiap berantem dengan musuhnya yang raksasa juga, selalu merusak bangunan-bangunan yang ada, tapi anehnya gak ada yang komplain, penduduknya adem ayem aja..
  9. Biasanya kalo ada anggota keluarga jagoan yang mati karena perbuatan musuh, jagoan akan membalas dendam, gak pake lapor-lapor ke pihak berwajib, hehehe.
  10. Biasanya kalo jagoannya berkelompok, ada satu anak kecil, umumnya sih adik kandung dari si anggota kelompok jagoan itu.
Sinetron Indonesia
  1. Umumnya kalo yang kaya punya anak cewek tunggal, atau sepasang anak cewek-cowok, jarang ditampilkan punya anak sampe tiga ke atas, apalagi tujuh anak !
  2. Ortu yang orang kaya ini umumnya suka jodoh-jodohin anaknya ke orang lain yang berasal dari keluarga kaya juga.
  3. Saat makan malam/pagi, biasanya bersama istrinya, anaknya, menggunakan sendok-garpu, lauknya berlimpah, buah-buahan yang komplit, beserta es jeruk.
  4. Yang jadi orang jahat, biasanya orang yang matanya suka melotot, dan ketawa yang menyeramkan.
  5. Kalo mau ngekiss pacar ato istri, paling-paling cuman kening doang, mau cium bibir, takut kena protes MUI.
  6. Kalo cewek yang jalan sendirian pasti digoda penjahat bergerombol yang suka ketawa keras.
  7. Polisi yang ditampilkan umumnya berpangkat Ipda (garis satu) sampe kapten (garis tiga), gak pernah sampe pangkat jenderal yang dipake Smile.
  8. Kendaraan yang dipake si kaya biasanya kalo gak mercy, BMW, ato audy.
  9. Kalo sinetron silat, si cewek suka pake kemben, dan tiap berkelahi pasti pake loncat-loncat setinggi pohon gitu deh dan ada asap-asap nya gitu, padahal ga ada motor di situ.
  10. Kalo sinetron anak sekolahan, umumnya si murid suka berpakaian seenaknya, bajunya suka ga dimasukin, ada yang gondrong, ada yang pake rok diatas lutut, pake lipstik, semakin dia tokoh utama, semakin gak tertib pakaian sekolahnya.
  11. Yang jadi ibu guru, umumnya memakai kacamata, agak gemuk, dan suka galak (jadi inget jaman sekolah dulu)
  12. Pasti ada adegan di diskotik, entah itu sinetron remaja, entah itu sinetron horor, sampe sinetron religi.
  13. Kadang dalam cerita asmara, suka diselipin adegan hantu.
  14. Kalo adegan tabrakan, umumnya mobil yang melaju tiba2 berhenti mendadak, tau-tau si korban dah terkapar dengan kepala berdarah, tapi kita gak liat tabrakannya gimana. Entah knapa semua sinetron punya adegan ketabrak, seakan2 menggambarkan kenyataan org Indo yg banyak nembak sim nya
  15. Motor yang suka dipake biasanya motor gede kayak Harley, dan kadang-kadang ada yg gak pake helm standar, mana nih pak polantasnya?
  16. Pembantu umumnya suka gantungin handuk kecil di bahu, dan duduk di lantai tiap ngobrol ama majikan yang duduk di sofa.
  17. Kalo ada adegan lagi telponan, pasti penontonnya mendengar suara si penelpon
  18. Yang jadi dokter, umumnya cowok yang masih muda, berpakaian putih, dan berkacamata.
  19. Makin sering ada adegan menampar, entah itu ortu menampar anaknya, cowok menampar pacarnya, cewe menampar cowoknya, majikan menampar pembantunya, dll
  20. Ustadnya biasanya orang tua yang bisa berkelahi kalo menghadapi setan ato orang jahat.
  21. Di salah satu channel swasta indonesia, punya sinetron dmn suara nya di dub, sinetronya semi dangdut india, terus tokoh utama cowonya slalu bisa beladiri, dengan sound effect seperti di game Fighting.
  22. Biasanya, dibubuhi adegan mesum juga.
Nah, itulah beberapa perbedaan filmnya.. Ayo, beri review gan kira-kira yang manakah film/sinetron yang nurut agan paling ALAY dari keempat negara di atas, apakah film/sinetron dari India, China, Jepang ato dari negara kita sendiri, Indonesia?

7 persamaan sinetron dan film Indonesia

Mungkin bila kita melihat semua sinetron di Indonesia ternyata jika kita perhatikan ternyata memiliki kesamaan. Mau tahu yupzz kita baca.
1. Tema
Ternyata hamper 95% film Indonesia memiliki tema yang sama. Seperti contoh anak yang tertukar , sinema religi, atau tentang kejahatan ibu tiri. Entah apa yang menyebabkan ini terjadi tapi mungkin ini adalah sebuah pertanda batas kreatifitas yang rendah di Indonesia.
2. Alur cerita
Selain tema ternyata alur cerita pun hamper sama. Tentu ini sangat miris sekali. Sebagai contoh sinetron dia jantung hatiku yang merupakan sinetron di RCTI ternyata memiliki kesamaan dengan sinetron putri yang tertukar. Namun dari semua itu yang menonjol dari alur cerita yaitu alur yang sangat berputar putar kayak rata rata orang Indonesia. Bahkan ada sinetron yang seasion nya sampe 6. Luaarrr bbbiiaaassaaa !!!!!
3. Mistik
Kalau masalah ini….. memang Indonesia jagonya !!!! bahkan lebih lucunya lagi horror nyaris bertahan selama 3 tahunan lebih sebagai the top of tema in the year. Mungkin karena emang sutradaranya yang dasarnya angker atau apa tapi setiap sinetron , film , ftv nyaris menunjukan kemistikan dari film itu.
4. Vulgar
Selain istis ternyata film Indonesia terasa kurang afdol bila tanpa adegan vulgar di dalamnya. Entah karena apa tapi setiap film atau sinetron pasti ada adegan vulgarnya baik secara lansung atau tidak lansung. Namun hal ini memang sudah menjadi alat pelaris untuk sebuah film bahkan tak tangung tangung lansung membawa artis pornodari luar negeri untuk meciptakan kesuksesan dalam dunia perfilman. Hal ini mungki selaras dengan riset bahwa Indonesia termasuk 5 besar penonton atau penungah video porno terbanyak di dunia.
5. Teknik animasi
Kalau dari segi animasi saya sebagai warga Indonesia hanya mau bilang kata PAYAH!! Dengan materi siluman maka para pembuat animasi pun mulai membuat animasi yang berkualitas walau saya sendiri kadang bingung karena tidak ada kontras yang sesuai antara film dengan animasinya.
6. Ibu tiri
75% film baik tema nya cinta atau apa pun biasanya pasti ada tokoh ibu tiri. Dan mudah di tebak ibu tiri versi Indonesia 90% jahat jahat. Hehehe
7. Melankolis
Hal ini tidak dapat di pungkiri lagi sinetron Indonesia terlalu melankolis dan menguras emosi para penonton. Bahkan tidak segan segan ibu ibu, pelajar pelajar atau apapun pasti akan meluangkan waktunya untuk menonton sinetron.

Perbedaan Serial Drama Korea dan Sinetron Indonesia

Jika kita menonton sebuah film drama korea pastinya mungkin akan ketagihan dan bahkan tidak jarang ada yang mengikuti gaya serta trend pada film tersebut.

Lain halnya pada film sinetron di Indonesia, film sinetron di Indonesia pada umumnya merupakan film yang tidak jelas menurut saya dan inilah yang menyebabkan masyarakat Indonesia lebih memilih serial drama Korea daripada sinetron Indonesia, mau tahu perbedaannya? simaklah:

  1. Episode, Serial drama di Korea cenderung memiliki episode yang sangat singkat bahkan bisa dibilang merupakan serial drama itu hanyalah sebuah cerpen. Lain halnya pada film sinetron di Indonesia yang memakai episode lebih panjang daripada serial drama di Korea hal ini lah yang membuat para pecinta film sinetron merasa bosan bahkan tak jarang ada film sinetron di Indonesia yang sampai lebih dari 100 episode.
  2. Maksud dan Tujuan, serial drama Korea memiliki tujuan yang hanya satu dalam sebuah cerita dan juga tidak memperpanjang film itu, sementara sinetron di Indonesia tidak memiliki alur yang jelas contohnya: ketika pada saat pemeran antagonis itu sudah dikalahkan maka akan timbul wajah baru yang akan menjadi peran antagonis lainnya.
  3. Soundtrack yang cocok, serial drama Korea tidak hanya dengan ceritanya saja yang memiliki kualitas yang baik akan tetapi pemiliahan Soundtrack untuk lagunya pun ia pikirkan matang-matang agar terlihat lebih cocok. Berbeda dengan sinetron Indonesia yang memilih soundtrack film asal pilih saja.
  4. Pemeran, ketika anda melihat pemeran film sinetron di Indonesia pastinya anda pernah melihat ketika pemeran tersebut berakting. Mereka cenderung tidak terlalu menghayati perannya dengan natural melainkan dalam keadaan memaksa, sedangkan film Korea itu lebih memerankan film tersebut secara natural.
  5. Peran, film korea cenderung lebih sulit untuk dapat kita ketahui mana yang peran antagonis mana yang protagonis, sedangkan film di Indonesia lebih mudah contohnya saja pada film sinetron Indonesia itu dapat dengan mudah pokoknya ada seseorang yang protagonis ia cenderung benar-benar tokoh yang sangat baik bahkan tidak ada satu dosa pun yang dilakukannya selama didalam cerita.
  6. Pemakaian Animasi, sinetron di Indonesia cenderung memakai animasi-animasi binatang yang di masukan kedalam cerita misalnya aja burung elang raksasa, itu tidak masuk akal mungkin itu karena pembuat mau pamer bahwa ia sudah menguasai belajar software. Sedangkan di drama Korea ia tidak memakai animasi secara berlebihan seperti itu.
  7. Judul, drama korea memang pantas diacungi jempol jika dibandingkan dengna sinetron Indonesia. Hal terkecil saja seperti membuat judul film Indonesia tidak bervariasi, drama korea memakai judul film tidak pakai nama orang dalam cerita tersebut. Sedangkan di Indonesia memakai nama orang, seperti Cinta Fitri, Dewa, Cinta Kamila, Gerhana, dll.

Langkah-langkah pembuatan film dokumenter

Membuat film bukanlah suata hal yang sulit. Jika kita ingin membuat film, maka kita harus lebih dulu tahu pengertian film dan jenis apa yang akan kita buat. Cara membuat film dokumenter yang ditulis oleh Fajar Nugroho dalam bukunya ini dapat membimbing kita dalam proses pembuatan film dokumenter. Kurangnya minat masyarakat kita terhadap film dokumenter karena film dokumenter dahulunya mengunakan topik yang kaku dan tidak menghibur penonton.

Dalam membuat film dokumenter yang kita rekam harus berdasarakan fakta yang ada. Jadi film dokumenter adalah suata film yang mengandung fakta dan subjektivitas pembuatnya. Artinya apa yang kita rekam memang berdasarkan fakta yang ada, namun dalam penyajiannya kita juga memasukkan pemikiran-pemikiran kita.

Dalam membuat film dokumenter ada langkah-langkah dan kiat bagaimana film yag kita produksi disenangi oleh penonton dan tidak memakan biaya yang besar saat memproduksinya.. Langkah yang harus kita tempuh dalam membuat film dokumenter adalah pertama, menentukan ide. Ide dalam membuat film dokumenter tidaklah harus pergi jauh-jauh dan memusingkan karena ide ini bisa timbul dimana saja seperti di sekeliling kita, di pinggir jalan, dan kadang ide yang kita anggap biasa ini yang menjadi sebuah ide yang menarik dan bagus diproduksi. Jadi mulailah kita untuk bepfikir supaya peka terhadap kejadian yang terjadi.

Kedua, menuliskan film statement. Film statement yaitu penulisan ide yang sudah ke kertas, sebagai panduan kita dilapangan saat pengambilan Angel. Jadi pada langkah kedua ini kita harus menyelesaikan skenario film dan memperbanyak referensi sehingga film yang kita buat telah kita kuasai seluk-beluknya.

Ketiga, membuat treatment atau outline. Outline disebut juga script dalam bahasa teknisnya. Script adalah cerita rekaan tentang film yang kita buat. script juga suatu gambar kerja keseluruhan kita dalam memproduksi film, jadi kerja kita akan lebih terarah. Ada beberapa fungsi script. Pertama script adalah alat struktural dan organizing yang dapat dijadikan referensi dan guide bagi semua orang yang terlibat. Jadi, dengan script kamu dapat mengkomunikasikan ide film ke seluruh crew produksi. Oleh karena itu script harus jelas dan imajinatif. Kedua, script penting untuk kerja kameramen karena dengan membaca script kameramen akan menangkap mood peristiwa ataupun masalah teknis yang berhubungan dengan kerjanya kameramen. Ketiga, script juga menjadi dasar kerja bagian produksi, karena dengan membaca script dapat diketahui kebutuhan dan yang kita butuhkan untuk memproduksi film. Keempat, script juga menjadi guide bagi editor karena dengan script kita bisa memperlihatkan struktur flim kita yang kita buat. Kelima, dengan script kita akan tahu siapa saja yang akan kita wawancarai dan kita butuhkan sebagai narasumber.

Keempat, mencatat shooting. Dalam langkah keempat ini ada dua yang harus kita catat yaitu shooting list dan shooting schedule. Shooting list yaitu catatan yang berisi perkiraan apa saja gambar yang dibutuhkan untuk flim yang kita buat. jadi saat merekam kita tidak akan membuang pita kaset dengan gambar yang tidak bermanfaat untuk film kita. Sedangkan shooting schedule adalah mencatat atau merencanakan terlebih dahulu jadwal shooting yang akan kita lakukan dalam pembuatan film.

Kelima, editing script. Langkah kelima ini sangat penting dalam pembuatan film. Biasa orang menyebutnya dengan pasca produksi dan ada juga yang bilang film ini terjadinya di meja editor. Dalam melakukan pengeditan kita harus menyiapkan tiga hal adalah menbuat transkip wawancara, membuat logging gambar, dan membuat editing script. Dalam membuat transkipsi wawancara kita harus menuliskan secara mendetail dan terperinci data wawancara kita dengan subjek dengan jelas.

Membuat logging gambar ini maksudnya, membuat daftar gambar dari kaset hasil shuuting dengan detail, mencatat team code-nya serta di kaset berapa gambar itu ada. Terakhir ini merupakan tugas filmmaker yang membutuhkan kesabaran karena membuat editing scrip ini kita harus mempreview kembali hasil rekaman kita tadi ditelevisi supaya dapat melihat hasil gambar yang kita ambil tadi dengan jelas. Dengan begitu kita akan mebuat sebuah gabungan dari Outline atau cerita rekaan menjadi sebuah kenyataan yang dapat menjadi petunjuk bagi editor.

7 Bidang Utama dalam Produksi Film

1) Produser
Produser adalah seseorang yang membuat film dan bertanggung jawab atas filmnya secara langsung dan melaksanakannya secara sadar. Tugas seorang produser dinyatakan selesai setelah film release/dinyatakan selesai.
Tugas dan Tanggung jawab Produser:

  1. Mencari dan mendapatkan ide cerita untuk produksi.
  2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau skenario film.
  3. Menyusun rancangan produksi.
  4. Menyusun rencana pemasaran.
  5. Mengupayakan anggaran-dana untuk produksi.
  6. Mengawasi pelaksanaan produksi melalui laporan yang diterima dari semua departemen.
  7. Bertanggung jawab atas kontrak kerja secara hukum dengan berbagai pihak dalam produksi yang dikelola.
  8. Bertanggung jawab atas seluruh produksi.

Hak-hak Produser:

  1. Memilih dan menetapkan penulis skenario dan sutradara.
  2. Menetapkan pemain dan kru produksi utama berdasarkan calon yang telah ditetapkan dalam rancangan produksi dan juga berdasarkan usulan sutradara dan manajer produksi.
  3. Mengarahkan dan memberikan panduan (guide) kepada manajer produksi serta meletakkan dasar – dasar strategi bagi pelaksanaan produksi dan pengelolaan produksi (administratif).
  4. Mendapatkan laporan dari semua departemen (progress report).
  5. Berhak memberikan keputusan bila terjadi konflik di lapangan, terutama bila kegiatan produksi terganggu.
  6. Memberhentikan/mengganti pemain/kru produksi apabila terbukti terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan produksi tersebut yang merugikan produksi.
  7. Memberikan keputusan atas konsep kreatif sutradara yang menyimpang dari rancangan produksi.
  8. Menghentikan produksi apabila dalam pelaksanaan produksi terjadi penyimpangan dari yang telah disepakati.

 

2) Penulis Skenario
Penulis Skenario adalah sineas profesional yang menciptakan dan meletakkan dasar acuan bagi pembuatan film dalam bentuk (format) naskah (skenario).
Tugas dan Kewajiban Penulis Skenario:

  1. Menciptakan dan menulis dasar acuan dalam bentuk naskah/skenario atas dasar ide cerita sendiri atau dari pihak lain.
  2. Bagi penulis dasar acuan itu bisa dilakukan secara bertahap mulai dari ide cerita, sinopsis (basic story), treatment dan skenario, atau bisa langsung menjadi skenario.
  3. Bekerja dari tahap pengembangan ide (development) sampai jangka waktu terakhir (praproduksi).
  4. Membuat skenario dengan format yang telah ditentukan.
  5. Menjadi narasumber bagi pelaksana produksi bila diperlukan.
  6. Penulis Skenario adalah orang yang mempunyai keahlian membuat transkripsi sebuah film.
  7. Membuat film dalam bentuk tertulis.

Hak-hak Penulis Skenario:

  1. Mendapatkan bahan acuan yang memadai sesuai dengan yang telah disepakati untuk menunjang penulisan scenario.
  2. Mendapatkan kelengkapan bahan acuan penulisan scenario dalam bentuk; melakukan risetliterature dan/atau riset lapangan.
  3. Apabila bahan acuan penulisan scenario dilakukan secara tim, maka nama anggota tim yangterlibat berhak untuk dicantumkan dalam credit title.
  4. Mendapatkan waktu yang memadai untuk melaksanakan proses riset dan penulisan scenario.
  5. Menerima pertimbangan dari pihak lain apabila ada pengurangan, perubahan dan penambahan materi dasar dalam scenario (antara lain; ide dasar, plot, dialog, karakter tokoh-tokoh dan lain sebagainya).
  6. Namanya tercantum dalam credit title dan bahan publikasi lainnya (publicity material).
  7. Apabila scenario ditulis oleh sebuah tim, maka nama anggota tim yang terlibat dicantumkan dalam credit title.

 

3) Sutradara
Sutradara menduduki posisi tertinggi dari segi artistik. Ia memimpin pembuatan film tentang bagaimana yang harus tampak oleh penonton. Sutradara harus mampu membuat film dengan wawasan, sense of art, serta pengetahuan tentang medium film, untuk mengontrol film dari awal produksi sampai dengan tahap penyelesaian.

4) Juru Kamera (Kameraman)
Juru kamera secara teknis melakukan perekaman visual dengan kamera mekanik ataupun elektronik dalam produksi film di bawah arahan pengarah fotografi dan bertanggungjawab kepadanya. Sutradara juga bekerja sama dekat dengan operator kamera untuk memastikan bahwa pandangan sutradara ditangkap oleh film sebagaimana yang diinginkan. Operator kamera adalah kru dari yang terpilih dalam produksi film yang secara langsung bertanggungjawab dari apa yang terlihat di layar.
Tugas dan Kewajiban Juru kamera (Operator Kamera):
Tahap Persiapan produksi:

  1. Menganalisa mood dari skenario dan konsep sutradara. Dengan melakukan pengarahan, melakukan persiapan dan pemeliharaan peralatan kamera serta sarana penunjangnya.
  2. Melakukan uji coba secara teknis atas peralatan dan bahan baku yang akan dipergunakan dalam produksi.
  3. Melakukan koordinasi dengan key grip sehingga secara teknis dan efisien mampu melaksanakan konsep visual dan gerakannya.

Tahap Produksi:

  1. Melakukan perekaman visual secara teknis sesuai arahan pengarah fotografi, baik dalam halkomposisi, sudut pengambilan, gerak kamera dengan segala perubahannya.
  2. Mengkoordinasikan awak/kru kamera dalam melaksanakan tugasnya.
  3. Menjaga dan memelihara peralatan kamera dalam kondisi baik dan siap pakai.

Hak-hak Juru Kamera (Operator Kamera):

  1. Memberikan usulan yang bersifat teknis agar tercapai hasil rekaman yang baik.
  2. Meminta pengambilan ulang bila secara teknis hasil rekaman sebelumnya kurang baik.
  3. Operator kamera berhak untuk mengingatkan setelah pengambilan gambar, seperti menegur pengatur boom atau microphone apabila masuk ke dalam shot, refleksi equipment atau kru pada kaca, fokus yang tidak tajam atau kesalahan fokus lainnya, flare pada lensa, gerak kamera yang kurang halus atau kurang baik, dan hal-hal lain yang dapat mengurangi keindahan shot yang diinginkan. Pada produksi film yang memiliki bujet besar, operator kamera dapat melaporkan segala hal yang menjadi kekurangan setelah selesai melakukan pengambilan gambar.

 

5) Director of Photography (DOP)
Yang menciptakan imaji visual film adalah sinematografer atau Pengarah Fotografi/PF. Ia adalah orangyang bertanggungjawab terhadap kualitas fotografi dan pandangan sinematik (cinematik look) dari sebuah film. Ia juga melakukan supervisi personil kamera dan pendukungnya serta bekerja sangat dekat dengan sutradara. Dengan pengetahuannya tentang pencahayaan, lensa, kamera, emulsi film dan imaji digital, seorang sinematografer menciptakan kesan/rasa yang tepat, suasana dan gaya visual pada setiap shot yang membangkitkan emosi sesuai keinginan sutradara.
Tugas dan Kewajiban Sinematografer/Pengarah Fotografi/PF/DOP:

  1. Menganalisa skenario dan membahasnya bersama sutradara dan penata artistik agar mencapai kesesuaian penafsiran untuk mewujudkan gagasan penulis skenario dan sutradara dalam bentuk nyata, dengan menciptakan konsep look dan mood yang disepakati bersama untuk menunjang penceritaan.
  2. Bersama sutradara dan penata artistik menetapkan lokasi shooting hasil dari tim hunting lokasi.
  3. Bersama sutradara, penata artistik dan departemen produksi, mengecek dan melihat ulang hasil hunting (interior/eksterior). Merencanakan letak kamera dan pencahayaan di lokasi. Kemudian membuat floorplan.
  4. Membentuk, memilih/menentukan teamwork yang dianggap memenuhi persyaratan.
  5. Menjabarkan konsep visual dalam pencapaian look dan mood (mencakup warna, pencahayaan, karakter visual, komposisi yang juga menghasilkan gerak) lebih baik dengan referensi foto/gambar yang selanjutnya didiskusikan dengan personil kamera dan pendukungnya.
  6. Menentukan kebutuhan dan menjamin semua peralatan dengan spesifikasi sesuai dengan desain visual. Kemudian mengkoordinasikan tugas personil kamera dan pendukungnya untuk menyiapkan dan memilih serta menentukan sarana peralatan dan bahan baku yang diperlukan dalam menjalankan tugasnya (membuat breakdown kebutuhan alat sesuai dengan desain floorplan).
  7. Melakukan uji coba peralatan dan bahan baku dengan uji coba filter, make up, kostum, properti dan warna set.
  8. Ikut menentukan laboratorium/studio pascaproduksi (film).

Tahap Produksi:

  1. Mempelajari breakdown script dan shooting script dimana seorang sinematografer dapat mengembangkan checklist di setiap harinya dan merencanakan berapa set up per harinya. Dalam setiap set up sinematografer harus memperhatikan lingkungan dan masalah pencahayaan. Contohnya, jika shooting eksterior, penjadwalan menjadi penting berkaitan dengan pergerakan matahari. Catatan penting: jika masuk set jangan lupa dengan block, light, rehearsal, shot.
  2. Memberikan pengarahan tegas kepada personil kamera sesuai dengan design yang sudah dibuat.
  3. Mengawasi set lampu dan waspada terhadap kontiniti. Mengarahkan dan menjaga kesinambungan suasana (atmosfer) dan format visual serta tata cahaya dari setiap shot. Menuntun dan mengembangkan teknis kreatif pencahayaan sebagai gaya dan perubahan peralatan untuk menerangi area aksi/subyek visual untuk menentukan eksposur yang tepat.
  4. Pada saat sutradara mengarahkan aktornya, sinematografer menyiapkan sudut pengambilan gambar, komposisi sesuai dengan blocking sutradara.
  5. Siap menghadapi perubahan karena situasi tertentu di luar rencana (perubahan cuaca, lingkungan set yang berubah).
  6. Memeriksa laporan kamera (camera report) dan continuity lighting log.
  7. Memberikan petunjuk kepada pihak laboratorium/studio pascaproduksi (film) mengenai processing negative (pencucian dengan bahan kimia) dan pencetakan rush copy/release copy (color grading).
  8. Selalu mengingatkan tanggungjawab keselamatan personil dan seluruh sarana peralatan dan bahan baku yang dipergunakan dalam produksi.
  9. Ikut serta memeriksa hasil release copy untuk koreksi kualitas.
  10. Kebutuhan seorang sinematografer terhadap kontrol akhir melalui color-timing.

Hak-hak Sinematografer/Pengarah Fotografi/PF/DOP:

  1. Mendapatkan jumlah dan kualitas awak/kru produksi, sarana peralatan kerja dan bahan baku sesuai dengan desain produksi, serta memenuhi standar mutu.
  2. Memberikan persetujuan; sarana teknis yang akan digunakan, penetapan hasil-hasil shooting yang baik (OK), memberikan persetujuan atas kualitas hasil cetakan release copy.
  3. Memberikan usul kreatif baik teknis, artistik, dan dramatik kepada sutradara dalam hal perekaman visual untuk mendapatkan hasil yang baik.
  4. Membuat catatan SUP (shot under protest) bila terpaksa merekam visual yang tidak disetujui.
  5. Jika ada perubahan yang mendasar dari konsep awal look film, sinematografer berhak diberitahu sebelumnya.

 

6) Art Director (Penata Artistik)
Art director secara teknis adalah koordinator lapangan yang melaksanakan eksekusi atas semua rancangan desain tata artistik/gambar kerja yang menjadi tanggungjawab pekerjaan production designer. Seluruh proses penyediaan material artistik sejak persiapan hingga berlangsungnya
perekaman gambar dan suara saat produksi menjadi tanggunghawab seorang art director.
Tugas dan Kewajiban ART DIRECTOR:
Tahap Praproduksi:

  1. Menjadi koordinator teknis eksekusi (eksekutor) tata artistik sejak persiapan hingga menjelang dilaksanakannya perekaman gambar dan suara di lokasi yang telah ditentukan.
  2. Membuat breakdown dan jadwal kerja khusus bidang tata artistik.
  3. Menyiapkan elemen-elemen material tata artistik lebih awal sesuai dengan rancangan gambar kerja dari production designer sebagai kesiapan menjelang shooting.
  4. Bersama-sama manajer produksi dan asisten sutradara membuat jadwal shooting.

Tahap Produksi:

  1. Menjadi koordinator teknis eksekusi (eksekutor) tata artistik termasuk penanggungjawab penyediaan segenap unsur tata artistik sesuai dengan tahapan proses perekaman gambar dan suara.
  2. Mengarahkan pelaksanaan kerja staf tata artistik dan menentukan kualitas hasil akhir sebelum dan selama proses perekaman gambar dan suara.

Hak-hak Art Director:

  1. Bersama production designer memilih dan menentukan tim kerja bidang tata artistik yang profesional dan cocok untuk bekerja dalam sebuah produksi film.
  2. Art director berhak menolak perubahan bentuk tata artistik yang tidak mendapat persetujuan dari production designer dan sutradara.

 

7) Editor (Penyunting Gambar)
Adalah sineas profesional yang bertanggung jawab mengkonstruksi cerita secara estetis dari shot-shot yang dibuat berdasarkan skenario dan konsep penyutradaraan sehingga menjadi sebuah film cerita yang utuh. Seorang editor dituntut memiliki sense of story telling (kesadaran/rasa/indra penceritaan) yang kuat, sehingga sudah pasti dituntut sikap kreatif dalam menyusun shot-shotnya. Maksud sense of story telling yang kuat adalah editor harus sangat mengerti akan konstruksi dari struktur cerita yang menarik, serta kadar dramatik yang ada di dalam shot-shot yang disusun dan mampu mengesinambungkan aspek emosionalnya dan membentuk irama adegan/cerita tersebut secara tepat dari awal hingga akhir film.
Tahap Praproduksi;

  1. Menganalisa skenario dengan melihat adegan yang tertulis dalam skenario dan mengungkapkan penilaiannya pada sutradara.
  2. Berdiskusi dengan departemen yang lain dalam script conference untuk menganalisa skenario, baik secara teknis, artistik dan dramatik.
  3. Dalam produksi film ceriita untuk bioskop, editor bersama produser dan sutradara menentukanproses pascaproduksi yang akan digunakan seperti kinetransfer, digital intermediate atau negative cutting.

Tahap Produksi;
Dalam tahap ini seorang editor tidak memiliki tugas dan kewajiban khusus. Namun dalam proses produksi ini seorang editor dapat membantu mengawasi pendistribusian dan kondisi materi mulai dari laboratorium sampai materi tersebut berada di meja editing. Pihak yang dibantu oleh editor adalah individu profesional yang ditunju kkan oleh rumah produksi yang bersangkutan dalam melaksanakan pendistribusian materi tersebut. Hal ini biasanya dilakukan oleh manajer unit, koordinator
pascaproduksi (post production supervisor) ataupun seorang runner.
Tahap Pascaproduksi;

  1. Membuat struktur awal shot-shot sesuai dengan struktur skenario (rough cut 1).
  2. Mempresentasikan hasil susunan rought cut 1 kepada sutradara dan produser.
  3. Setelah dilakukan revisi berdasarkan hasil diskusi dengan sutradara dan produser, maka dengan kreativitas dan imajinasi editor, ia membentuk struktur baru yang lebih baik. Dalam struktur baru ini editor harus bisa membangun emosi, irama dan alur yang menarik.
  4. Mempresentasikan dan mendiskusikan struktur baru yang dihasilkannya bersama sutradara dan produser hingga struktur yang paling diharapkan (final edit).
  5. Menghaluskan hasil final edit (trimming) hingga film selesai dalam proses kerja editing (picture lock).
  6. Dalam produksi film cerita untuk bioskop, editor bersama sutradara membagi hasil editing tersebut menjadi beberapa bagian (reeling) untuk kebutuhan laboratorium, pengolahan suara dan musik. Sementara untuk film for television, editor bersama sutradara membagi hasil editing tersebut menjadi beberapa bagian untuk pertimbangan kebutuhan jeda iklan (commercial break).
  7. Editor dapat menjadi rekanan diskusi untuk pengolahan suara dan musik. Diskusi ini berupa penentuan suara efek dan musik sebagai pembentuk kesatuan gambar dan suara yang saling mendukung.
  8. Dalam produksi film cerita untuk bioskop, editor dapat juga menjadi pengawas pada proses laboratorium hingga pada proses cetak hasil pertama film (copy A). Sementara dalam produksi film for television, editor dapat menjadi pengawas proses transfer hasil editing yang siap untuk ditayangkan (master edit) ke dalam pita video.

Hak-hak Editor:

  1. Mengajukan usul kepada sutradara untuk mengubah urutan penuturan sinematik guna mendapatkan konstruksi dramatik yang lebih baik.
  2. Mengajukan usul kepada sutradara untuk menambah, mengurangi atau mengganti materi gambar dan suara yang kurang atau tidak sempurna secara teknis maupun efek dramatisnya.
  3. Mendapatkan ruang editing serta sarana kerja yang layak/standar.
  4. Mendapatkan honorarium yang sesuai dengan kontrak yang telah disepakati dan disetujui oleh produser.
  5. Berhak meminta kontrak baru jika ada permintaan tambahan (misalnya pembuatan trailer) untuk bahan promosi film.
  6. Berhak untuk menolak permintaan yang sifatnya pribadi dan menyimpang dari ketentuan yang sudah ada dalam skenario.

Transkripsi Naskah Film “Ada Apa Dengan Cinta?

 “Ada Apa Dengan Cinta?

ADEGAN 1
Setting            : di sebuah kamar Cinta
Deskripsi Suasana    : Alya sedang menceritakan masalahnya kepada keempat temannya tentang ayahnya yang telah memukulinya.
1.    Cinta    : (1)Ya ampun, Alya.
2.    Alya    : (1) Ini mending nggak usah dibahas.
3.    Maura    : (1) Kok nggak usah dibahas sih?
4.    Cinta    : (1) Loe inget nggak kalau kita pernah nulis album di buku ini. (2)
Masalah, salah satu diantara kita adalah masalah kita semua.(3)
Musuh di salah satu diantara kita adalah musuh kita semua.
5.    Alya    : (1) Tapi, bokap gue berantem sama nyokap, bukan sama gue.
6.    Cinta    : (1) Tapi, kamu kan dah sering jadi korban kayak gini, Al.
7.    Alya    : (1) Gimana sih, gue ngejelasin ke elo semua? (2) Terserah deh elo
sekarang mau percaya apa nggak. (3) Bokap gue kalau udah
ngamuk kayak gitu kayak orang nggak sadar, tau nggak?
(4) Abis ngamuk, dia bisa nangis kayak anak kecil. (5) Nyesel
abis. (6) Nyiumin kaki nyokap gue, melukin gue.
8.    Cinta    : (1) Oke, ya udah deh Al. (2) Asal loe tau, persahabatan kita juga
nggak main-main. (3) Dan kita juga jadi saksi kok. (4) Loe itu
kalau ada masalah di share, jangan disimpan sendiri. (5) Loe
telepon ke rumah gue, jam berapa aja gue temenin, gue angkat,
ngobrol ama gue. (6) Loe dateng ke rumah sini jam berapa aja,
gue bakal bukain pintu Al. Ya Al, ya? (7) Kita sahabat elo, bener
nggak?
9.    Alya    : (1) Ya dah deh jangan bahas ini terus, gomongin yang lain,
please, please.
10.    Cinta    : (1) Oya, udah denger puisi yang mau gue kirim ke lomba?
11.    Semua    : (1) Mana-mana?
12.    Cinta    : (1) Gitar, gitar.
13.    Karmen    : (1) Puisi yang baru?
14.    Cinta    : (1) Iya, mudah-mudahan semua suka. (2) Soalnya ini tentang kita
berlima. (3) Judulnya, Aku Ingin Bersama Selamanya.
15.    Karmen    : (1) Bagus banget.
16.    Cinta    : (1) Suka, tapi ya?
17.    Alya    : (1) Bagus.
18.    Milly    : (1) Ei, ei udah lama nggak ngedance.
Mereka berlima akhirnya berdansa.

ADEGAN 2
Setting            : di lapangan sekolah
Deskripsi Suasana    : seorang guru membacakan hasil pengumuma pemenang lomba baca puisi
1.    Guru    : (1) Anak-anak, tujuan lomba menulis puisi yang setiap taun
telah kita adakan adalah agar kita tetap sadar bahwa kita memiliki
satu kekayaan yang tidak ternilai harganya, yaitu bahasa
Indonesia.
2.    Karmen    : (1) Ta, loe pasti menang deh, yakin.
3.    Guru    : (1) Dan, dewan juri yang diketuai oleh Taufik Bagaskoro alias
saya sendiri.
4.    Milly    : (1) I love you, Pak Taufik!
5.    Guru    : (1) I love you too. (Milly celingukan) telah diputuskan bahwa
pemenangnya adalah Rangga.
Para siswa kecewa karena pemenangnya bukan Cinta, yang sudah sering menjuarai lomba menulis puisi. Sementara itu, Rangga sebagai pemenang tidak kunjung datang.

ADEGAN 3
Setting            : di belakang sekolah
Deskripsi Suasana    : Pak Wardi, pesuruh sekolah, terburu-buru memberitau Rangga bahwa puisinya menang.
1.    Pak Wardi    : (1) Ngga, Ngga, kamu dicari Pak Taufik., mau dikasih hadiah,
karena puisimu menang, Ngga.
2.    Rangga    : (1) Saya nggak pernah ikutan lomba.
3.    Pak Wardi    : (1) Itu lho, puisi yang ditempel di kamar saya. (2) Itu kan
daripada nggak ada yang baca, saya kirimin aja ke panitia. (3) Eh,
menang Ngga.
4.    Rangga    : (1) Alah.
5.    Pak Wardi    : (1) He, bener ini.

ADEGAN 4
Setting            : di mobil
Deskripsi Suasana    : membicarakan rencana menonton konser.
1.    Maura    : (1) Eh, ngomong-ngomong kita nanti jadi nonton konser nggak?
2.    Milly    : (1) Ih, jadilah.
3.    Karmen    : (1) Jadi dong, anti deh kalo nggak.
4.    Maura    : (1) Aduh, Maura dah nggak sabar pingin beli baju baru.(2) Siapa
tau, Yuki ngelirik gue.
5.    Karmen    : (1) Gila, please dong Mor. (2) lease dong Maura, bener-bener
amburadul ah. (3) Tolong dong Maura.

ADEGAN 5
Setting            : di ruang editing madding.
Deskripsi Suasana    : membicarakan pemenang lomba puisi.
1.    Maura    : (1) Cie, kayaknya dalam banget menghayati puisi sebagai
pemenang.
2.    Cinta    : (1) Eh.
3.    Alya    : (1) Emang puisinya bagus banget ya Ta?
4.    Cinta    : (1) Mmm, bagus-bagus. (2) Ya, asal nggak plagiat aja.
5.    Milly    : (1) Emang plagiat apaan sih ta?
6.    Maura    : (1) Milly, please dong. (2) Plagiat itu, nyontek punya orang.
7.    Milly    : (1) Mereka nyontek punya orang dong Ta?
8.    Cinta    : (1) Nggak, nggak, kalo Milly. (2) Gue bilang kalo. (3) Tapi, gue
rada tersinggung ama ini orang ni. (4) Masalahnya kalau dia bisa
nulis dari dulu, kenapa nggak pernah ngasih tulisan ke mading
kita? (5) Berarti dia kan nggak nganggap mading kita eksis.
9.    Maura    : (1)  Iya, ya.
10.    Karmen    : (1) Trus, rencanan elo apaan Ta? (2) Kalau anaknya belagu, sini
deh gue yang ngadepin.
11.    Cinta    : (1) Gini-gini deh, pokoknya yang paling penting kita harus cepet-
cepet ketemu dia. (2) Trus, kita wawancarai dia.

ADEGAN 6
Setting            : di perpustakaan.
Deskripsi Suasana    : Cinta hendak mewawancarai pemenang lomba menulis puisi.
1.    Rangga    : (1) He, berisik tau nggak?
2.    Siswa I    : (1) Sok jenius, rese’ banget loe.
3.    Penjaga    : (1) Rangga?
Cinta mendatangi Rangga.
4.    Rangga    : (1) Ada apa?
5.    Cinta    : (1) Rangga ya? (2) Gue mau ngucapin selamat ya buat elo.
6.    Rangga    : (1) Selamat kenapa?
7.    Cinta    : (1) Sebagai pemenang lomba puisi taun ini.
8.    Rangga    : (1) Saya nggak pernah ikutan lomba puisi, apalagi jadi pemenang.
(2) Maaf ya saya lagi baca.
9.    Cinta    : (1) Gue kan belum selesai ngomong.
10.    Rangga    : (1) Baru saja gue ngelempar polpen ke muka orang gara-gara dia
berisik di ruang ini. (2) Saya nggak mau polpen itu balik ke muka
saya gara-gara saya berisik sama kamu.
11.    Cinta    : (1) Gue pingin ngomong sebentar kok.
12.    Rangga    : (1) Ya dah, ngomong di luar.
Cinta dan Rangga keluar ruangan.
13.    Cinta    : (1) Ngapain di luar? (2) Di sini aja deh.
14.    Rangga    : (1) Ya udah deh, cepetan. (2) Mau ngomong apaan?
15.    Cinta    : (1) Mading mau mewawancara elo.
16.    Rangga    : (1) Buat apa?
17.    Cinta    : (1) Kita perlu profil elo sebagai pemenang lomba puisi taun ini.
18.    Rangga    : (1) Tapi saya kan sudah bilang, saya itu nggak pernah ikutan
Lomba puisi.
19.    Cinta    : (1) Ya, terserah elo deh. (2) Tapi, menurut jurinya elo yang
menang.
20.    Rangga    : (1) Ya kalau gitu wawancara dewan jurinya.
21.    Cinta    : (1) Ha? (2) Maksud elo?
22.    Rangga    : (1) Ya, jelas kan kata-kata gue!
23.    Cinta    : (1) Jadi elo nggak mau di wawancara nih?
24.    Rangga    : (1) Nggak!

ADEGAN 7
Setting            : di ruang editing madding.
Deskripsi Suasana    : Cinta menceritakan kekecewaannya kepada teman-temannya.
1.    Cinta    : (1) (marah) rese’! (2) Apa dia itu superstar? (3) Sekalian aja gue
wawancara Duta Sheila On 7 atau konsernya Dewa kek. (4) Gila,
nyebelin banget, tau nggak loe?
2.    Milly    : (1) Kenapa Ta?
3.    Cinta    : (1) Tulis Mil, cowok yang namanya Rangga adalah cowok yang
sombong banget. (2) Lagak gak karuan. belagu banget. (3)
Pokoknya cowok yang musti dijauhin. (4) Tulis di buku curhat.
4.    Milly    : (1) Oh, di buku curhat ya Ta?
5.    Karmen    : (1) Loe dipegang-pegang sama dia?
6.    Alya    : (1) Ta, ta, tarik nafas dulu Ta. (2) Biar bisa ngomong yang bener.
7.    Cinta    : Sebel banget gue. (2)Orangnya tu sok bintang, tau nggak loe
8.    Milly    : (1) Kita lagi ngomongin siapa sih?
9.    Cinta    : (1) Dengerin ya, kalau gue bilang dia tu dah mati rasa. (2) Sok
cuek, tau nggak loe. (3) Udah kayak sastrawan besar, gitu. (4)
Belagu banget, gue yakin banget tu anak nggak ada temennya.
(5) Pasti nggak gaul sama sekali.
10.    Alya    : (1) Emang dia bilang apa sih?
11.    Cinta    : (1) Dia bilang, nggak mau diwawancara. (2) Masak bukan dia
pemenangnya. (3) Gue disuruh wawancara dewan juri. (4) Kurang
ajar nggak sih?
12.    Karmen    : (1) Mana sih anaknya, gue timpal deh sekarang.
13.    Cinta    : (1) Nggak, nggak usah gitu juga sih Men. (2) Soalnya dia entar
ngerasa penting lagi.
14.    Milly    : (1) Oh, gue tau, gue tau. (2) Kita lagi ngomongin pemenang
lomba puisi itu kan. (3) Siapa namanya?
15.    Alya    : (1) Rangga. (2) Jadi bener ni Ta, nggak ada wawancara
pemenang?
16.    Memet    : (1) (masuk ruangan) Memet mau ngumpulin.
17.    Karmen    : (1) Apa sih Met?
18.    Memet    : (1) Cinta, sudah dengerin nggak lagu buat Cinta waktu itu dari
Memet?
19.    Cinta    : (1) Ya udah, makasih ya.
20.    Memet    : (1) Ya, ini mau ngumpulin cerpen buat madding.
21.    Karmen    : (1) Ya udah. (2) Trus, kamu keluar dulu ya. (3) Kita lagi rapat
penting.
22.    Memet    : (1) Tapi entar tolong itu dimuat ya?
23.    Karmen    : (1) Ya,ya.
24.    Memet    : (1) Ya, bener ya? (2) Cinta baca ya?
25.    Karmen    : (1) Trus, gimana, kita samperin tu anak rame-rame? (pintu
terbuka). (2) Loe itu bolak-balik kayak….
26.    Borne    : (1) (masuk ruangan) Ada apa sih, sori kalao gue ganggu. (2) Gue
cuma mau nanya, entar sore jadi pergi Ta?
27.    Cinta    : (1) Mmm, ya udah nanti ditelepon dulu, sorean.

ADEGAN 8
Setting            : di kamar.
Deskripsi Suasana    :Alya sedang mencurahkan hatinya kepada Cinta.
1.    Cinta    : (1) Halo?
2.    Alya    : (1) Ta, masih bete nggak Ta?
3.    Cinta    : (1) Ya, gitu deh. (2) Gak tau, orang itu nyebelin banget, tau nggak
sih. (3) Baru tau gue ada orang kayak dia ya. Dari mukanya aja
gak ngenakin. (4) Loe tau nggak, bukunya aja dah sok antik. (5)
Gue rasa itu uma biar kelihatan lebih intelek aja, tau nggak.
4.    Alya    : (1) Iya, iya gue denger. (2) Nggak, gue nggak pa-pa. Kayaknya
elo yang lagi bermasalah ya? (3) Bukannya elo ada janji sama
Borne? (4) Ya udah deh, ntar kelamaan ngobrol sama gue loe lupa
siap-siap lagi ya, bye.

ADEGAN 9
Setting            : di rumah Cinta.
Deskripsi Suasana    : Cinta hendak pergi.
1.    Cinta    : (1) Mas, nanti kalo misal ibu nanyain, bilangin aku ke mal bentar
yah?
2.    Kakak Cinta : (1) Oke.
3.    Cinta    : (1) Dah!
4.    Borne    : (1) Hai Cinta. (2) Eh, kita langsung nonton aja ya? (3) Soalnya
filmnya mainnya bentar lagi nih. (4) Jadi, nanti abis film kita
masih banyak waktu buat nongkrong. (5) Kenapa sih?
5.    Cinta    : (1) Kalau nggak nonton nggak pa-pa kan?
6.    Borne    : (1) Tapi loe mau pergi kan?
7.    Cinta    : (1) Yam au. (2) Cuman, nggak mau nonton. (3) Nggak pa-pa kan?

ADEGAN 10
Setting            : di mal.
Deskripsi Suasana    : Cinta menhindar dari Borne, agar ia bisa mencari buku seperti milik Rangga.
1.    Cinta    : (1) Loe mau ke bagian otomotif?
2.    Borne    : (1) Emang kenapa?
3.    Cinta    : (1) Nggak, gue cuma mau nyari buku buat bahan mading
besok. (2) Ntar loe bete lagi. Ntar ya? Mbak, Mbak, Aku-nya
Kusumanjaya ada nggak, Mbak?
4.    Penjaga Toko: (1) Aku-nya Kusumanjaya? (2) Mmm, buku lama ya?
5.    Cinta    : (1) Ya.
6.    Penjaga Toko: (1) Nggak ada.

ADEGAN 11
Setting            : di ruang mading.
Deskripsi Suasana    : Rangga mencari Cinta.
1.    Rangga    : (1) Bisa ngomong sebentar? (2) Nggak bisa?
2.    Cinta    : (1) Masalahnya apa dulu nih? (2) Kita ngobrol di luar aja. (3) Ada
apa?
3.    Rangga    : (1) Maksudnya apa nih?
4.    Cinta    : (1) Surat gue dibaca juga? (2) Kirain mau baca-bacaan penting
aja, karya sastra.
5.    Rangga    : (1) Kamu ini kenapa sih? (2) Tersinggung, gara-gara saya nggak
mau diwawancara? (3) Ya udah, wawancara sekarang. (4) Nggak
usah manja.
6.    Cinta    : (1) Enak aja loe ngatain gue manja. (2) Elo mau diwawancara
sekarang? (3) Basi! (4) Madingnya udah mau siap terbit (Rangga
pergi). (5) Liat tu cowok, plin-plan banget tu, kenapa tu?
7.    Alya    : (1) Tapi Ta, loe harus tetep wawancara dia kan?
8.    Cinta    : (1) Gue males banget, tau nggak? (2) Ya udah, gampang tinggal
cari data-data doang di tata usaha atau wali kelasnya. (3) Udah gak apa-pa. (4) Kita kerjain sekarang deh.

ADEGAN 12
Setting            : di sekolahan
Deskripsi Suasana    : Rangga kehilangan buku Aku-nya kusumanjaya.
1.    Krebo    : Men, loe nyari apaan loe men?
2.    Rangga    : Nyari buku, judulnya Aku. Lihat nggak?
3.    Krebo    : Gue sih ngertinya komik.

ADEGAN 13
Setting            : di kantin.
Deskripsi Suasana    : membicarakan keterlembatan Cinta.
1.    Maura    : Loe telat amat sih hari ini?
2.    Cinta    : Hai girl?
3.    Maura    : (1) Kagak mau on time. (2) Kenapa sih akhir-akhir ini telat
melulu?
4.    Karmen    : Tau loe. Predikat bangun siang siang kan punya gue, Ta?
5.    Maura    : Jangan berebut gitu dong. Ketawa sih elo, Ta. Apaan?
6.    Cinta    : Marah ya, predikatnya diambil? Nggak tau gue akhir-akhir ini.
Gue rada-rada nggak bisa tidur gitu, tau nggak sih loe. Oke,
kalau gue rasa kamar perlu di dekor deh, ya? Lagian kemarin gue
kan baca karya Chairil Anwar, dia bilang begini, tau nggak aku
susah tidur, orang. Orang gonggong, anjing gonggong, dunia
jauh mengabur. Pas banget kan? Pas banget kan? Pas banget
sama nasib gue. Sama banget tau
nggak loe. Itu keren banget kalo bisa bikin kata-kata gitu. Serius
gue!
7.    Milly    : Serius, gue juga serius.
8.    Karmen    : Eh Ta, loe makan deh bakso tuh enak banget, elo tau nggak?
9.    Cinta    : Iya, gue laper nih, sebentar.
10.    Maura    : Baksonya enak loe Ta.
11.    Alya    : Gue juga Ta, sekalian pesenin.
12.    Milly    : Maksudnya apa sih anjing menggonggong, apa segala macam itu?

ADEGAN 14
Setting            : di kelas.
Deskripsi Suasana    : Rangga menemukan buku yang dicari.
1.    Rangga    : Apaan nih?
2.    Krebo    : Tau!
3.    Rangga    : Wah, ketemu nih.
4.    Krebo    : Nemu buku kayak ketemu cewek cakep aja loe.

ADEGAN 15
Setting            : di sekolah.
Deskripsi Suasana    : Rangga mengucapkan terima kasih kepada Cinta
1.    Rangga    : (1) Cinta.
2.    Cinta    : (1) Manggil? (2) Kenapa? (1) Mau ngajak berantem lagi?
3.    Rangga    : (1) Ah, nggak. (2) Saya mau ngucapin terima kasih sama kamu.
(3) Sempet kebingungan juga nyariknya. (4)  Buku langka
soalnya.
4.    Cinta    : (1) Lalu?
5.    Rangga    : (1) Lalu, kok senyum?
6.    Cinta    : (1) Lalu apa?
7.    Rangga    : (1) Ya udah, gitu aja. (2) Makasih ya.
8.    Cinta    : (1) Hei, kamu itu kalo lagi kebingungan tu lebih nyenengin ya?
(2) Kamu bingung aja terus.
9.    Rangga    : (1) Kamu?
10.    Cinta    : (1) Ha?
11.    Rangga    : (1) Ya kamu. (2) Biasanya ngomongnya loe-gue?
12.    Cinta    : (1) Males terus. (2)  Ngomong-ngomong, dulu belinya dimana?
13.    Rangga    : (1) Buku ini? (2) Di toko loak. (3) Kalo cari di toko buku besar,
nggak ada.
14.    Cinta    : (1) O, kalo saya dulu ya ke penerbitnya, jadi ya….
15.    Rangga    : (1) Kamu punya juga?
16.    Cinta    : (1) Hmm, ya punyalah.
17.    Rangga    : (1) Suka nggak?
18.    Cinta    : (1) Hmm, suka banget. (2) Apa lagi pas di endingnya pas Chairil
Anwar ngerasa berjalan di atas pasir.
19.    Rangga    : (1) Ya, yang dia ngerasa ada sosok dirinya di sebelahnya.
20.    Cinta    : (1) Ya, ya, ya trus dia ngomong sendiri.
21.    Cinta dan Rangga : Bukan maksudku tuk berbagi/nasib, nasib/adalah
kesendirian masing-masing.
22.    Cinta    : (1) Sayang, Kusumanjayanya keburu meninggal.
23.    Rangga    : (1) Eh, kalau kau suka puisi-puisinya Chairil Anwar yang lainnya
ada. (2) Tuh di toko buku langganan saya.
24.    Cinta    : (1) Ohya? (2) Dimana?
25.    Rangga    : (1) Di Kwitang.
26.    Cinta    : (1) O, Kwitang. (2) Udah lagi pingin ke sana. (3) Cuma, belum
sempat aja.
27.    Rangga    : (1) Sore ini saya mau ke sana. (2) Jangan salah sangka dulu. (3)
Saya nggak ngajak kamu kok. (4) Kalau mau ikut ya silakan,
kalau nggak juga nggak pa-pa.
28.    Cinta    : (1) Iya nggak sih. (2) Saya juga nggak ngira kamu bakal ngajak
nge-date.
29.    Rangga    : Iya, saya juga mastiin aja nggak salah sangka.
30.    Cinta    : Mmm, entar sore ya. Lihat entar deh.

ADEGAN 16
Setting            : di toko buku Kwitang.
Deskripsi Suasana    : Rangga dan Cinta bersama ke toko buku loak di Kwitang.
1.    Limbong    : Eh Rangga, lagi mimpi apa gue?
2.    Rangga    : Kenapa emangnya Bong?
3.    Limbong    : Aneh kali, bawa cewek?
4.    Rangga    : Alah. Cinta, kenalkan ini Limbong. Konglomerat buku bekas di
sini.
5.    Cinta    : Cinta.
6.    Limbong    : Limbong.
7.    Rangga    : Lihat-lihat aja dulu, Ta.
8.    Limbong    : Silakan.
9.    Rangga    : Sastra ada di sebelah sana.
10.    Limbong    : Gimana kau? Sudah dapat bukunya? Udah nggak ada.
11.    Rangga    : Udah. Itu dia yang nemuin.
12.    Limbong    : He he he. Macam Rhoma taun 70-an aja kau ini. Berawal dari
buku berlanjut ke malam Minggu. Ohya Ngga, ah ini yang kau
cari. Apa ini? Nyok?
13.    Rangga    : New York?
14.    Limbong    : Ya, New York. Kamu pingin pergi ke sana?

ADEGAN 17
Setting            : di lapangan sekolah.
Deskripsi Suasana    : Keempat teman Cinta mencemaskan Cinta yang belum datang.
1.    Maura    : Duh, Cinta kemana sih?
2.    Milly    : Tau nih, Pas Bandnya aja mau mulai.
3.    Memet    : Hai semua?
4.    Karmen    : Kok justru Nobita sih yang dateng.
5.    Memet    : Gue bawa bungkus CD buat baca contekan.
6.    Maura    : Loe mau nyanyi juga?
7.    Memet    : Ya jelas dong. Eh ya, si anu mana? Si Cinta?

ADEGAN 18
Setting            : di toko buku.
Deskripsi Suasana    : pertengkaran Rangga dan Cinta.
1.    Cinta    : Ya ampun.
2.    Rangga    : Kenapa Ta?
3.    Cinta    : Aduh, gue lupa janji sama anak-anak nonton konsernya Pas hari
ini.
4.    Rangga    : Nggak ada kamu, Pas tetep manggung kan?
5.    Cinta    : Jangan gitu dong, tapi aku kan sudah janji ama temen-temen
sejak kapan tau.
6.    Rangga    : (1) Kamu ini pingin nonton, karena kamu pingin nonton apa
nggak enak sama temen-temen kamu?
7.    Cinta    : Ya, dua-duanya. Saya pulang duluan aja ya?
8.    Rangga    : Kayak nggak punya pendirian aja.
9.    Cinta    : Ha, apa kamu bilang?
10.    Rangga    : Iya, nonton harus sama-sama, pulang sekolah sama-sama,
Berangkat juga sama-sama. Apa namanya kalo bukan
mengorbankan kepentingan pribadi kepentingan yang kurang
prinsipil?
11.    Cinta    : Rangga, ini sangat prinsipil!
12.    Rangga    : Ohya?
13.    Cinta    : Heh, apa juga gue ngomong sama loe.  Elo punya temen aja
nggak.
14.    Rangga    : Paling tidak, saya tidak bergantung sama siapa-siapa. Ya udah
deh, mendingan kamu susul teman-teman kamu. Bisa pulang
sendiri?
15.    Cinta    : Apa tu maksudnya?
16.    Rangga    : Ya, perempuan kayak kamu gak pantes aja jalan di tempat kayak
gini sendirian.
17.    Cinta    : Perempuan kayak gue? Perempuan kayak gimana tu maksud
loe? Rugi gue buang-buang waktu sama loe.
18.    Limbong    : Ha ha ha. Rangga, bodoh sekali kamu Rangga. Jangan kamu pikir
Cewek yang marah itu bener-bener marah. Nggak, itu Cuma
taktik buat memancing inisiatif kamu. Ayo, kejar. Ayo. Kamu
perhatikan ya, kalau dia sampaiu nengok kemari, berarti dia
beraharap kau mengejarnya. Perhatikan ini (dalam hitungan ke
lima, Cinta menoleh ke arah Rangga). Ayo kejar, cepet. Ayo
kamu  jangan, ayo. Bagaimana sih? Ini hanya tipu, tipu. Ayolah,
lari.

ADEGAN 19
Setting            : di halaman sekolah.
Deskripsi Suasana    : Cinta datang ketika konser Pas sudah dimulai.
1.    Cinta    : Hai?
2.    Maura    : Kapan loe datang Ta?
3.    Cinta    : Kan, tadi sama-sama?
4.    Maura    : Ah, bercanda loe.
5.    Cinta    : Nggak, tadi terlambat. Ya, tadi terlambat.

ADEGAN 20
Setting            : di rumah Cinta.
Deskripsi Suasana    : Alya ke rumah Cinta, menceritakan masalahnya.
1.    Alya    : Ta, gue tidur di sini ya?
2.    Cinta    : Kenapa Al?
3.    Alya    : Biasalah, kabur sama nggak dapat jatah.
4.    Cinta    : (1) Loe gak bisa, nganggep biasa gitu dong, Al. (2) Loe harus
ngomong sama nyokap loe.
5.    Alya    : (1) Percuma, Ta. (2) Gue dah sering banget ngomongin ini sama
nyokap gue, kalau kita tu bisa hidup tanpa bokap gue. (3) Tapi,
yang udah-udah malah gue yang dimarahin. (4) Nyokap gue
bilang, gue nggak pengertian. (5) Nyokap gue bilang, gue egois.
(6) Gue nggak ngerti, Ta. (7) Kan nyokap gue masih cinta sama
bokap gue yang jelas-jelas tiap hari mukulin nyokap gue, mukulin
gue. (8) Semua berantakan, hancur.
6.    Cinta    : Kenapa loe nggak bilang am ague dari tadi? Elo kalo ada apa-apa
ngomong sama gue.
7.    Alya    : Selama ini loe dah terlalu banyak mbantu gue Ta. Gue nggak mau
ngebebani elo.
8.    Cinta    : Tapi, elo tu nggak ngebebani gue apapun.
9.    Alya    : Elo nggak ada acara?
10.    Cinta    : Nggak, kenapa?
11.    Alya    : Borne nggak dateng?
12.    Cinta    : (1) Gila apa loe. (2) Kalo misal Borne dibiarin dateng ke sini,
malem-malem Minggu gini? (3) Dah merasa pacar beneran nanti
dia (Cinta menyanyi).
13.    Alya    : Ta, loe bikin lagu dari puisinya Rangga ya?
14.    Cinta    :  (1) Ih , gue tu nggak ngerti deh ama dia tu. (2) Kesel banget, tau
nggak loe. (3) Gue ama dia. Baru aja deket, bawaan gue dah
nyolot.
15.    Alya    : Lagi bareng dia maksud loe?
16.    Cinta    : Loe dah nuduh gua jadi ama dia?
17.    Alya    : Tu, kok loe jadi ngira gue yang nuduh?
18.    Cinta    : Ya, apa?
19.    Alya    : Jadi, loe tadi pergi sama Rangga?
20.    Cinta    : Cuma bentar, itu juga Cuma nyari bahan-bahan buat madding.
Pasti cuma sekali itu aja. Itu juga karena terpaksa banget.
21.    Alya    : Tak apa Ta, tapi loe pergi sama Rangga kan?
22.    Cinta    : (1) Mmm, tapi bukan ngedate. (2) Jangan bilang si Maura dan si
Karmen, si Milly, please.
23.    Alya    : Cinta, sama gue pakek rahasia-rahasia segala. Kayak gue ini siapa
aja. Jadi, loe ngapin aja?
24.    Cinta    : Ngapaian aja lagi. Ya, kesimpulannya gue lebih perlu orang kaya
Maura, Karmen, kaya Milly, kayak Alya untuk jadi sahabat gue di
dunia ini daripada orang nyebelin kayak Rangga gitu. Soalnya,
terus terang aja, elo berempat tu udah bener-bener baik sama gue.
Loe berempat tu sahabat gue sejati, tau nggak? Percaya deh, Al.
Kalau ada apa-apa cerita ya ke gue.
25.    Alya    : Ya.

ADEGAN 21
Setting            : di lapangan basket.
Deskripsi Suasana    : Rangga menjelaskan kejadian di toko buku kepada Cinta.
1.    Rangga    : Bisa bicara sebentar?
2.    Cinta    : Kita ngomong di sana.
3.    Rangga    : Saya mau minta maaf sama kamu yang di Kwitang kemarin.
4.    Cinta    : Maaf apaan?
5.    Rangga    : Saya ngerasa agak keterlaluan.
6.    Cinta    : Bagian mana yang keterlaluan?
7.    Rangga    : Yang jelas, saya sudah bikin kamu marah. Makanya, saya minta
maaf ke kamu.
8.    Cinta    : Ya udah dimaafin.
9.    Rangga    : Temen-temen kamu pasti nggak suka ya saya di sini?
10.    Cinta    : Kok loe njelek-njelekin temen-temen gue lagi sih?
11.    Rangga    : Kau sendiri malukan, ngobrol sama saya di sini?
12.    Cinta    : Kok jadi gitu sih?
13.    Rangga    : Ya, kalau kamu nggak malu, kenapa kamu nggak berani lihat
mata saya? Ngeliatin ke kanan, ke kiri. Risih ya?
14.    Cinta    : Pikiran loe, jelek amat sih?
15.    Rangga    : Saya Cuma pingin baca pikiran anak-anak gaul kayak kamu,
bukan teman-teman kamu.
16.    Cinta    : Udah bisa baca pikiran anak-anak gaul? Terus, sekarang loe
sudah berani vonis kita nggak punya kepribadian, nggak
prinsipil? Nah, sekarang kalo elo ngerasa aneh di tempat-tempat
ramai kayak gini, tu salah siapa? Sekarang gue Tanya, salah gue?
Terus, kalao elo sekarang nggak punya temen sama sekali kayak
sekarang tu, salah siapa? Salah gue? Salah temen-temen gue,
salah gue, gue Tanya? Loe cuma pingin nyakitin gue,
tau nggak loe. Loe itu nggak mau minta maaf. Loe itu Cuma
pingin nyakitin gue, njelek-njelekin gue ama temen-temen gue.
Loe gue bilang ya. Loe itu bener-bener sakit jiwa.

ADEGAN 22
Setting            : di belakang sekolah.
Deskripsi Suasana    : Borne mengeroyok Rangga.
1.    Borne    : Ada urusan apa loe sama Cinta?
2.    Rangga    : Oh, urusan pribadi.
3.    Borne    : Iya, gue tau. Tapia pa?
4.    Teman Borne: Loe nggak usah nanya deh. Loe jawab aja.
5.    Rangga    : Jadi, kamu yang boleh nanya?
6.    Teman Borne: He, loe tau? Borne ini pacarnya Cinta. Loe jangan macem-    macem ama Borne. Kalau loe macem-macem ama Borne, loe harus ngadepin gue, dan dia, dan dia. Ngerti?

ADEGAN 23
Setting            : di lapangan basket.
Deskripsi Suasana    : Perasaan Cinta yang sedang cemas.
1.    Maura    : Borne kemana sih Ta?
2.    Cinta    : Hah?
3.    Maura    : Borne kemana?
4.    Cinta    : Nggak tau.

ADEGAN 24
Setting            : di belakang sekolah.
Deskripsi Suasana    : Borne menghajar Rangga.
1.    Borne    : Gini aja kesepakatannya. Kalo elo kalah lawan gue, loe janji loe
gak bakal ngeganggu Cinta lagi.
2.    Rangga    : Saya yakin nggak ada yang ngerasa keganggu, kecuali kamu dan
bodyguard ini.
ADEGAN 25
Setting            : di sebuah mobil.
Deskripsi Suasana    : Gosip tentang keluarga Rangga.
1.    Milly    : Lama nih.
2.    Maura    : Lama sekali. Elodah dengar cerita tentang Rangga?
3.    Cinta    : Apaan?
4.    Maura    : Katanya sih, papanya bermasalah gitu.
5.    Cinta    : Masalah apa sih maksud loe?
Moura hanya mengangkat kedua bahunya.

ADEGAN 26
Setting            : di kamar Cinta.
Deskripsi Suasana    : Cinta memastikan cerita tentang keluarga Rangga ke Borne.
1.    Borne    : Gue sendiri nggak tau persisnya tujuan kegiatan dia itu apa.
Tapi, asal loe tau aja, keluarga Rangga itu berbahaya.
2.    Cinta    : Ohya?

ADEGAN 27
Setting            : di lorong kelas.
Deskripsi Suasana    : mereka berlima sedang bercanda, sementara Cinta masih penasaran dengan sosok Rangga.
1.    Milly    : Kamu entar, kalau misalnya mandi, trus ada macan, kamu buka
celana kamu. Kamu nungging, ngomong macan-macan.
2.    Cinta    : Eh, gue bentar. Gue harus ambil naskah di atas bentar ya.
3.    Karmen    : Ngapain sih Cinta?
Cinta menuju kelas Rangga.
4.    Krebo    : Oh, si Rangga. Gak ada yang tau. Dah dua hari nggak masuk.
5.    Cinta    : Kemana?
6.    Krebo    : Pulang kampong kali, ke Mars. Kumpul keluarga besarnya.
Keluarga alien. Ha ha ha.
7.    Cinta    : Ya udah deh.
ADEGAN 28
Setting            : Di tangga.
Deskripsi Suasana    : Cinta mencari tau keadaan Rangga kepada Pak Wardiman.
1.    Cinta    : Pak Wardiman! Lho, Pak Wardiman kok cuek sih sama saya.
2.    Pak Wardiman: Lho, masak saya suruh manggil-manggil neng Cinta kayak
cowok kelas tiga aja?
3.    Cinta    : Hmm, Pak. Pak, tau Rangga kemana nggak?
4.    Pak Wardiman: Hah?

ADEGAN 29
Setting            : di rumah Rangga.
Deskripsi Suasana    : Cinta berkunjung ke rumah Rangga untuk mencari tau tentang berita yang dia dengar dari Borne.
1.    Cinta    : Rangga.
2.    Bapak Rangga    : Siapa Ngga?
3.    Rangga    : Temen sekolah.
4.    Bapak Rangga    : O, silakan.
5.    Rangga    : Duduk Ta, kok bisa sampai di sini?
6.    Cinta    : (1) Iya, kata Pak Wardiman, kamu sakit parah digebukin orang.
(2) Gimana sih ceritanya?
7.    Rangga    : (1) Dikerjain kamu sama Pak Wardiman. (2) Dia itu memang
suka gitu, bikin sensasi. (3) Kayak yang lomba puisi kemarin, kan
dia yang ngirimin puisi saya ke panitia.
8.    Cinta    : Trus, itu kenapa jadi begitu bentuknya?
9.    Rangga    : Oh ini? Kemarin, waktu turun di bus Bulak Rante, trus ada
tawuran. Trus, dikeroyokin kayak gini.
10.    Cinta    : Hmm.
11.    Rangga    : Kok belum dijawab sih?
12.    Cinta    : Hmm?
13.    Rangga    : Kok bisa sampai sini? Kenapa? Merasa kehilangan saya ya?
Kangen, berantem sama saya?
14.    Cinta    : Hmm? Serius ya, kalo elo mikirnya kayak gitu, mending saya
pulang aja.
15.    Rangga    : Jangan, jangan. Bercanda (Ayah Rangga datang)
16.    Bapak Rangga    : Saya Yos Rizal.
17.    Cinta    : Cinta Om.
18.    Bapak Rangga    : Cinta? Wow, nama yang bagus.
19.    Cinta    : Makasih Om.
20.    Bapak Rangga    : Ayo diminum.
21.    Cinta    : Kok, Om yang bikin sih On?
22.    Bapak Rangga    : Memangnya siapa yang bikin? Cinta mau bikin buat kami
berdua? Heh monyet, katanya kamu mau masak. Jadi
nggak?

ADEGAN 30
Setting            : di lapangan basket.
Deskripsi Suasana    : Keempat temannya mengkhawatirkan perubahan sikap Cinta.
1.    Karmen    : (1) Mil, bener? (2) Tadi dah nelpon ke rumah Cinta?
2.    Milly    : (1) Bener kok.
3.    Karmen    : (1) Jadi, bener, dia nggak ada di rumah?
4.    Milly    : (1) Nggak.

ADEGAN 31
Setting            : di dapur.
Deskripsi Suasana    : Cinta menemani Rangga memasak, sambil mencari keterangan tentang diri Rangga dan keluarganya.
1.    Cinta    : (1) Waw!
2.    Rangga    : (1) Kamu pasti nggak bisa masak.
3.    Cinta    : (1) Bisa!
4.    Rangga    : (1) Masak apa? (2) Masak air?
5.    Cinta    : (1) Masak mie instant. (2) Nggak ada yang bisa saya Bantu ya?
6.    Rangga    : (1) Apa ya, ini deh dipotong.
7.    Cinta    : (1) Ini? (2) Ah motong-motong doang sih bisa. (3) Ehm,
emangnya lagi nggak ada pembantu?
8.    Rangga    : (1) Ada sih, cuma lagi pulang kampung. (2) Ada saudaranya yang
melahirkan apa.
9.    Cinta    : (1) Trus, kalo ibu kemana?
10.    Rangga    : (1) Ehm, ini potongnya agak miring sedikit bisa nggak?
Sementara itu, di lapangan basket, keempat temannya sedang membicarakan perubahan sikan Cinta.
11.    Maura    : (1) Eh, loe tau nggak sih, si Cinta kenapa sih?
12.    Alya    : (1) Lagi bingung soal Borne kali?
13.    Milly    : (1) Iya, loe sih maksa-maksa dia terus biar cepet-cepet jadian ama
Borne.
14.    Maura    : (1) Alah, kok jadi gue yang salah sih?
Sedangkan Cinta masih di Dapur dengan Rangga.
15.    Cinta    : (1) Aduh, deh.
16.    Rangga    : (1) Kenapa sih?
17.    Cinta    : (1) Pedes, aduh deh.
18.    Rangga    : (1) Coba.
19.    Cinta    : (1) aduh, aduh. (2) Pedes banget lho, sumpah.
Akhirnya mereka menyelesaikan memasaknya.
20.    Rangga    : (1) Kamu suka musik kayak gini?
21.    Cinta    : (1) Asyik juga.
22.    Bapak Rangga    : (1) Siap-siap, Cinta, siap-siap.
23.    Cinta    : (1) Siap-siap kenapa Om?
24.    Bapak Rangga    : (1) Untuk makan. (2) Cuma, masakannya tidak seasick
musiknya Cinta.
25.    Cinta    : (1) Tapi, baunya udah enak gini kok Om.
26.    Bapak Rangga    : (1) Masakannya emang Cuma dua macem. (2)
Maklumlah, makan di rumah pensiunan yang tidak pernah
menerima uang pensiun.
27.    Cinta    : (1) Maksud Om?
28.    Rangga    : (1) Dia orang bandel sih.
29.    Bapak Rangga    : (1) Hus, monyet!
30.    Cinta    : (1) Siapa yang bandel emangnya?
31.    Rangga    : (1) Siapa lagi.
32.    Cinta    : (1) Bandel gimana?
33.    Rangga    : (1) Taun ‘96 bikin tesis tentang kebusukan orang-orang di
pemerintahan. (2) Ya, sama saja cari mati. (3) Ya mending, kalo
cuma di pecat. (4) Dituduh komunislah, terlihat gerakan maker
lah.
34.    Cinta    : (1) Lho, tapi bukannya sekarang udah reformasi Om, jadi udah
nggak masalah lagi kan?
35.    Bapak Rangga: (1) Apanya yang reformasi, Cinta?
Seseorang melempar dua bom ke rumah Rangga.
Rangga    : (1) Kamu nggak pa-pa? (Rangga menejar pelempar bom, tetapi
gagal) Pengecut!

ADEGAN 32
Setting            : di depan perpustakaan.
Deskripsi Suasana    : Rangga mengajak Cinta ke Kafe.
1.    Cinta    : (1) Rangga, kemarin dah ketemu siapa yang ngelempar bom?
2.    Rangga    : (1) Ah, mending juga nggak ketauan, daripada ketauan
dihukum aja nggak.
3.    Cinta    : (1) Hmm.
4.    Rangga    : (1) Kamu nggak masuk?
5.    Cinta    : (1) Mau ngembaliin ini.
6.    Rangga    : (1) Udah, itu nggak usah dibalikin. (2) Buat kamu kok.
7.    Cinta    : Serius?
8.    Rangga    : Ya, kalau kamu suka.
9.    Cinta    : Suka banget.
10.    Rangga    : Kemarin, saya belum cerita ya sama kamu. Mereka tu, setiap
malem Minggu, manggung di Blues Kafe.
11.    Cinta    : Ohya?
12.    Rangga    : (1) Mau nonton bareng? (2) Nanti malem saya mau ke sana.
13.    Cinta    : Mmm?
14.    Rangga    : Kok mikirnya lama?
15.    Cinta    : Mmm, nanti sorean di telepon lagi deh.
16.    Rangga    : Ok, saya tunggu ya?
17.    Cinta    : Ya udah deh.

ADEGAN 33
Setting            : di kamar Cinta.
Deskripsi Suasana    : Cinta sedang mencari cara untuk membatalkan janji dengan teman-temannya. Cinta ingin pergi bersama Rangga.
1.    Cinta    :  (1) Ra. Cinta nih, Ra. (2) Kayaknya gue nggak bisa ikutan deh,
Ra. (3) Tau nih, abis tiba-tiba kepala jadi pusing banget nih. (4)
Ya, kasih tau gue mau ke dokter deh. (5) Ya abis gimana dong?
(6) Namanya juga sakit, mau diapain lagi? (7) Nggak pa-pa ya?
(8) Bilangin sama anak-anak. (9) Sori banget ya. (10) Have fun
ya. Dah. (Cinta menutup teleponnya, dan kembali menelpon ke
rumah Rangga). (11) Rangga?

ADEGAN 34
Setting            : di rumah Cinta
Deskripsi Suasana    : Cinta bingung antara pergi dengan Rangga atau menemai Alya yang sedang dalam masalah.
1.    Cinta    : (1) I’m coming!
2.    Ayah Cinta: (1) Jangan malem-malem
3.    Cinta    : (1) Oke bos!
4.    Ibu Cinta    : (1) Cinta, dari Alya.
5.    Cinta    : (1) Bentar bu, ya.
6.    Ibu Cinta    : (1) Bentar ya Alya.
7.    Cinta    : (1) Pak, tunggu sebentar ya Pak (taksi Cinta menunggu di luar).
(2) Halo, Al nggak ikut sama yang lain? Halo?
8.    Alya    : (1) Gue ke rumah loe, sekarang ya?
9.    Cinta    : (1) Kenapa Al?
10.    Alya    : (1) Ngobrol sebentar aja ya. (2) Boleh nggak?
11.    Cinta    : (1) Ha? Hmm, ya gimana ya Al ya? (2) Gue lagi mau berangkat
nih. (3) Mau pergi. (4) Ke dokter, ke dokter. (5) Hallo? Al?
12.    Alya    : (1) Ta, gue perlu banget ngomong sama loe.
13.    Cinta    : (1) Aduh, gimana ya Al ya? (2) Nih, gue pas banget ni mau pergi
ni. (3) Pas banget ni. (4) Ni, di depan taksi baru, nungguin lama
tu. (5) Ya udah, gini deh. (6) Abis ini gue ke rumah loe deh ya?
(7) Abis tu gue, kalau nggak sekalian aja tidur di rumah loe. (8)
Ya, Al ya? Alya?
14.    Alya    : (1) Oke Ta.
15.    Cinta    : (1) Ya dah. Ya Al ya, gue pergi dulu ya?

ADEGAN 35
Setting            : di kafe.
Deskripsi Suasana    : Cinta menyanyikan sebuah lagu bersama penyanyi kafe.
1.    Cinta    : (1) Siapa sih, gitarisnya?
2.    Rangga    : (1) Namanya Rama. (2) Rama!
3.    Cinta    : (1) Kok dipanggil sih?
4.    Rangga    : (1) Dia suadara saya. (2) Kenalin nih, Cinta.
5.    Rama    : (1) Halo, Rama.
6.    Cinta    : (1) Cinta.
7.    Rama    : (1) Jadi, ini yang namanya Cinta nih?
8.    Cinta    : (1) Kamu udah cerita apa saja tentang saya?
9.    Rama    : (1) Ada sih. (2) Dia bilang ada cewek yang nyebelin gitu katanya.
Nonton, gitar tadi?
10.    Cinta    : (1) Tapi saya suka banget lho ama demo lagunya.
11.    Rama    : (1) Makasih, makasih. (2) Ok, tapi kalau dia yang bikin pasti
lebih bagus lagi.
12.    Rangga    : (1) Saya bilang sama dia kalau kamu bisa nggitar.
13.    Cinta    : (1) Ngacau. (2) Bo’ong, bo’ong.
14.    Rama    : (1) Ntar, ntar. (2) Malem, tadi seharusnya sih saya break, tadi
cuma berhubung ada temen. (3)  Temen special dari saudara saya,
Rangga, namanya Cinta. (4) Dia baru sekali ke sini. (5) Ni baru
sekali ke sini. (6) Trus, dia pingin nyanyi satu lagu. (7) Ya, tu. Tu,
anaknya tuh. (8) Tepuk tangan dong buat Cinta.
15.    Cinta    : (di panggung) (1) Sebenarnya sih, nggak bisa nyanyi. (2) Nggak,
tapi saya cuma suka aja. (3) Jadi gini deh, kalau sekarang saya
disuruh nyanyi. (4) Saya nggak tau mau nyanyi apa. (5) Jadi,
mmm, yang lain aja ya. (6) Entar ya?

ADEGAN 36
Setting            : di jalan.
Deskripsi Suasana    : Rangga menceritakan tentang keluarganya.
1.    Cinta    : (1) Tapi, tai kamu marah nggak, puisimu digituin tadi?
2.    Rangga    : (1) Ya nggak lah. (2) Orang jadinya bagus banget kok. (3) Suara
kamu bagus juga ya.
3.    Cinta    : (1) Oya? (2) Makasih. (3) Eh, taksi, taksi. (4) Kok nggak ada
yang mau berhenti sih?
4.    Rangga    : (1) Kita nyebrang aja yuk?
5.    Cinta    : (1) Duh, nggak dapet-dapet nih taksinya. (2) Udah ah, kita
pulangnya jalan kaki aja deh.
6.    Rangga    : (1) Kamu nggak kejauhan?
7.    Cinta    : (1) Ya, lumayan sih. (2) Eh, ada tukang kacang. (3) Beli kacang
yuk? Dah lama tu nggak makan kacang rebus. (4) Pak ada nggak
pak? (5) Kacang rebus.
8.    Rangga    : (1) Cinta, ada taksi. (2) Pak Sriwijaya Golf ya?
9.    Seorang ibu : (1) Nak, taksinya untuk ibu bisa nggak nak ya? (2) Ibu
kemaleman. (3) Bisa ya?
10.    Rangga    : (1) Ohya Bu.
11.    Ibu        : (1) Makasih nak.
12.    Cinta    : (1) Ha ha ha.
13.    Rangga    : (1) Nggak pa-pa nih jalan?
14.    Cinta    : (1) Ya.
15.    Rangga    : (1) Kamu kan nggak biasa jalan. (2) Besok, kalo kakinya
bengkak, saya yang disalahin.
16.    Cinta    : (1) Eh, udah deh. (2) Nggak ngeledek kenapa sih?
17.    Rangga    : (1) Ya, tapi emang bener kan? (2) Di rumah, semuanya pasti
dikerjain pembantu.
18.    Cinta    : Enggak juga. Kalau ada pembantu, kenapa nggak dikasihkan
kerjaan.
19.    Rangga    : Ya, kalau bisa dikerjain sendiri, kenapa harus dikerjain
pembantu?
20.    Cinta    : Ya, kalau misalnya ada pembantu, kenapa harus dikerjain sendiri.
Hayo?
21.    Rangga    : Ehm, Cinta. Aku pingin ngomong sesuatu nih.
22.    Cinta    : Apaan. (Rangga menggoyangkan pohon yang baru saja hujan).
Gimana sih?
23.    Rangga    : Aduh!
24.    Cinta    : (1) Jahat banget sih kamu, kesel tau nggak? (2) Ayah kamu itu
orangnya asik ya, dia mau bikinin minuman buat tamu.
25.    Rangga    : Udah biasa.
26.    Cinta    : Ngga, boleh nanya nggak?
27.    Rangga    : Boleh.
28.    Cinta    : Tapi jangan marah.
29.    Rangga    : Mau nanya soal ibu saya?
30.    Cinta    : He-e.
31.    Rangga    : Ibu dan kaka-kaka saya sudah lama ninggalin ayah.
32.    Cinta    : Boleh tau kenapa?
33.    Rangga    : (1) Ya, nggak tahan kali tinggal sama oaring yang kontroversial
seperti ayah. (2) Mungkin juga nggak tahan diomongin orang-
orang. (3) Atau mungkin juga, kamu tau nggak, ada berapa
orang yang pernah saya ngajak ngomong tentang keluarga. (4)
Ada dua. (5) Mau tau? (6) Pak Wardiman, dan yang kedua
kamu. Jujur, saya malu ngomongin itu ke semua orang. (7) Orang
akan mikir saya anak dari ibu yang nggak bertanggung jawab.
34.    Cinta    : Hus, kamu nggak usah cerita lagi deh. Saya musti juga nggak
usah nanya. Maafin saya ya?
35.    Rangga    : Dah malem, Ta. Saya pulang dulu. Sebaiknya kamu masuk. Dah
malem.
36.    Cinta    : Bye.

ADEGAN 37
Setting            : di rumah.
Deskripsi Suasana    : Cinta terkejut melihat kedua orang tuanya yang hendak ke rumah sakit.
1.    Cinta    : Loh, Bu, Pak. Mau kemana?
2.    Ibu        : Sayang, kita harus ke rumah sakit. Alya….
3.    Cinta    : Alya kenapa Alya?
4.    Ibu        : Tadi, Maura telepon berkali-kali. Katanya Alya masuk rumah
sakit.
5.    Cinta    : Kenapa?
6.    Ibu        : Dia mencoba bunuh diri.

ADEGAN 38
Setting            : di rumah sakit.
Deskripsi Suasana    : teman-teman Cinta kecewa kepadanya.
1.    Maura    : Kemana aja sih lo,Ta?
2.    Cinta    : Sori Mor.
3.    Maura    : Gue nggak butuh permintaan maaf loe. Katanya lo eke dokter.
Trus, nyokap loe bilang, lo eke klub. Gimana sih yang paling
bener sih? Sekarang loe bukan Cuma jago bikin puisi ya, tapi
juga jago acting.
4.    Cinta    : Gue pingin ketemu ama Alya.
5.    Maura    : Nggak bisa. Dia lagi nggak stabil. Loe nggak usah ganggu dia
dulu deh. Mendingan, loe doa banyak-banyak semoga dia panjang
umur. Semoga loe masih sempet minta maaf sama dia.

ADEGAN 39
Setting            : di kamar Cinta.
Deskripsi Suasana    : Cinta tidak lagi mau menemui Rangga.
1.    Ibu Cinta    : Cinta?
2.    Cinta    : (1) Ya Bu.
3.    Ibu Cinta    : (1) Telepon dari Rangga. (2) Sayang, ada telepon dari Rangga.(3)
Mau terima?
4.    Cinta    : (1) Bilangin aku lagi nggak ada Bu.
5.    Ibu Cinta    : (1) Cinta, ibu ngerti, kamu sedang stress soal Alya. (2) Tapi,
jangan jadi gini dong, sayang. (3) Ya?
6.    Cinta    : (1) Aduh Bu, please deh. (2) Aku tu bener-bener lagi nggak mau
ngomong sama dia. (3) Please, dong.

ADEGAN 40
Setting            : di ruang Mading.
Deskripsi Suasana    : Cinta mengurungkan niatnya untuk masuk ke ruang madding, karena ia merasa pertengkaran antara ketiga sahabatnya dan terbaringnya Alya di rumah sakit adalah karena dirinya.
1.    Maura    : Uh! Kacau semua. Uh!
2.    Karmen    : Loe tu kebanyakan ngomel, tau nggak. Gimana nggak kacau?
3.    Maura    : Udah deh, elo nggak usah banyak ngomong deh.
4.    Karmen    : Loe nggak usah marah-marah gitu kenapa sih?
5.    Maura    : Eh, Men. Jangan mentang-mentang loe jago olahraga bisa basket,
sok peman segala macem, gue jadi takut sama loe?
6.    Karmen    : He, mendingan gue tau? Daripada loe kerjaannya nongol terus di
kaca, tau nggak? Asal loe tau….
7.    Maura    : Tau loe!
8.    Milly    : (1) Diem loe berdua! (2) Giliran gue ngomong sekarang. (3) Gue
tau, gue paling tulalit. (4) Loe semua nganggep gue badut,
terserah! (5) Tapi gue tau, itu nggak bener. (6) Diantara kita tu
nggak boleh ada yang berantem. (7) Lihat nih, emang kita pernah
mempermasalahkan siapa yang lebih jago diantara yang lain,
nggak kan? (8) Karena apa, Karena kita tu temenan!
9.    Karmen    : Mil, nggak ada yang nganggep loe nggak bisa apa-apa kok, Mil.
10.    Maura    : Mil, loe tu paling lucu diantara kita. Dan elo yang paling kita
sayang, karena loe nggak pernah marah Mil. Kita tu lagi bingung,
karena Cinta lagi ngaco, gitu aja Mil.
11.    Karmen    : Tenang Mil.
Mereka bertiga berpelukan. Cinta mengurungkan niat untuk masuk ke ruang madding.

ADEGAN 41
Setting            : di lorong kelas.
Deskripsi Suasana    : pertengkaran Cinta dan Rangga.
1.    Rangga    : Cinta! Kamu nggak pa-pa? kenapa sih?
2.    Cinta    : Rangga, kayaknya kita nggak usah ketemu-ketemu lagi.
3.    Rangga    : Maksud kamu?
4.    Cinta    : Pokoknya berhenti deketin saya lagi!
5.    Rangga    : Ndeketin kamu? Kayaknya ada yang gak jelas deh.
6.    Cinta    : Sejak gue ketemu loe, gue berubah jadi orang yang beda. Orang
yang nggak bener.
7.    Rangga    : Inget ya Ta, salah satu diantara kita, itu siapa yang lebih punya
hati atau nggak punya otak? Tapi kamu nggak punya kedua-
duanya deh. Asal kamu tau Ta, kalau diperlakukan kayak gini
sih, saya sudah biasa. Tapi satu, nggak usah ada maaf-maafan
lagi. Saya setuju kita nggak usah berhubungan lagi.

ADEGAN 42
Setting            : di rumah sakit.
Deskripsi Suasana    : Cinta meminta maaf kepada Alya dan teman-temannya.
1.    Cinta    : Maafin gue ya Al ya? Gue tu seharusnya nggak usah pergi. Gue
dah bilang lagi, gue harus selalu ada buat elo semua. Tapi,
sekarang gue bohong, gue pengkhianat sama temen-temen elo
semua. Mereka semua jadi berantem nggak karuan dan yang
paling parah elo Al, elo jadi kayak gini.
2.    Alya    : Nggak, Ta. Elo nggak salah apa-apa. Cuma gue aja yang
bertindak bodoh.
3.    Cinta    : Tapi, seenggak-enggaknya, gue kan?
4.    Alya    : Udah lah Ta. Kalo ngomongin soal hikmah, tindakan bodoh gue
ini mulanya dari nyokap gue.
5.    Cinta    : Ha? Maksud loe?
6.    Alya    : Nyokap gue dah mutusin, untuk ninggalin bokap Ta.
7.    Cinta    : (1) Ya ampun Al, sumpah gue nggak tau. (2) Gue musti seneng,
apa sedih buat elo sekarang. (3) Terus terang gue lega.
8.    Alya    : Ngomong-ngomong malam itu loe pergi kemana Ta?
9.    Cinta    : Ya, loe pasti bisa nebak lah.
10.    Alya    : Pergi sama Rangga ya?
11.    Maura    : Ya ampun Cinta. Ha, apa gue nggak salah dengar nih? Loe pergi
sama Rangga? Loe, bukannya loe sebel sama dia?
12.    Karmen    : Elo kena pelet?
13.    Cinta    : Iya, kena pelet sih enggak. Cuma mungkin ya beda kali dari
semua cowok yang gue kenal. Itu unik.
14.    Milly    : Iya sih. Emang gue rasa unik. Sekali lihat emang ngeselin banget,
tapi berkali-kali lihat, kelihatan cakep banget.
15.    Maura    : Ya udah sana, mendingan loe pergi, cari aja dia sana!
16.    Cinta    : (1) Enggak, enggak. (2) Tapi, sekarang gue sudah sadar Maura,
Men, gue dah sadar. (3) Gue sekarang mau minta maaf, elo semua
mau nggak maafin gue? (4) Gue juga tau, elo semua punya hak
untuk tidak nganggep gue lagi sebagai temen loe. (5) Tapi loe
semua harus tau bahwa sampai kapanpun loe semua bakal gue
anggep sebagai temen sejati gue.
17.    Milly    : Cinta, Cinta. Kita semua marah kayak gini bukan karena, karena
kita semua sayang banget sama loe Ta. Kita semua sayang banget
sama loe.
18.    Maura    : (1) Ta, pokoknya apapun yang dilakuin sama Rangga dan bikin
loe kayak gini lupain aja Ta, karena kita di sini untuk ngebantu
loe, bukan nyalahin loe.
19.    Karmen    : Ya Ta.

ADEGAN 43
Setting            : di kantin.
Deskripsi Suasana    : Keempat sahabat Cinta masih merasakan perubahan dan keresahan pada diri Cinta.
1.    Karmen    : Ta, Ta, Ta. Ya Allah Cinta.
2.    Alya    : Udah deh Ta, kali ini luapin yang namanya gengsi.
3.    Karmen    : Sekarang elo harus jujur sejujur-jujurnya sama kita semua.

ADEGAN 44
Setting            : di lapangan basket.
Deskripsi Suasana    : Cinta mengakui perasaannya kepada Rangga.
1.    Milly    : Loe semua lagi ngomongin apaan sih?
2.    Alya    : Gini deh Ta, lo jujur sama kita semua ya. Loe tolong jawab
pertanyaan ini sesimpel mungkin. Ta, bener loe nggak punya
perasaan apa-apa sama Rangga? Cinta, bener Rangga nggak
pernah sekalipun terlintas dalam pikiran loe?
Cinta menangis.
3.    Maura    : Ya ampun Ta.
4.    Milly    : Ta, Ta. Kok nangis sih Ta? Jangan nangis dong Ta.
5.    Maura    : Loe jatuh cinta sama Rangga?
6.    Cinta    : Gue jatuh cinta ama Rangga. Gue juga bingung gak bisa
ngelupain dia.
7.    Maura    : Udah sayang, udah.
8.    Cinta    : Gue takut loe semua bakal ninggalin gue kalau gue sama dia.
9.    Karmen    : Keterlaluan banget sih lo Ta. Emang loe pikir kita temen yang
kayak gimana sih? Sekarang gini, kita paling ati-ati kalau soal
cowok. Tapi, kan bukan berarti ngatur pacaran sama siapa.
Buktinya tu taun lalu Maura, dia suka sama yang namanya Deni,
Play Boy banget gitu. Inget kan loe waktu dia kena batunya. Apa
kita musuhin Maura? Enggak kan Ta?
10.    Alya    : Udah-udah, Karmen.
11.    Karmen    : Aduh, sori Ta. Barusan gue kelepasan.
12.    Maura    : Udah sayang, sekarang gini aja. Loe cepetan bilang perasaan loe
ke Rangga, sebelum loe nyesel ya?
13.    Cinta    : tapi, tapi nggak bisa.  Dia benci banget am ague. Gue dah
nyakitin dia.
14.    Alya    : Justru itu Ta. Elo jelasin sama dia, kalau waktu itu loe lagi emosi.
Dan kalau Rangga bener-bener sama loe, gue yakin dia pasti bisa
ngerti. Percaya deh.
15.    Karmen    : (1) Kalo menurut feeling gue, loe nemuin Rangga harus
secepatnya, Ta. (2) Pokoknya waktu itu gue pernah lihat Pak
Wardiman sama Rangga tu lagi pelukan. (3) Kayak mau pisahan
gitu loh.

ADEGAN 45
Setting            : di kantin.
Deskripsi Suasana    : Cinta dan teman-temannya mencari informasi tentang Rangga kepada Pak Wardiman.
1.    Cinta dan Teman-teman    : Pak Wardiman, Rangga Mana Pak?
2.    Pak Wardiman : Lho, nggak pamit sama kalian?
3.    Cinta    : Pamit kemana?
4.    Pak Wardiman: Lha wong dia itu pindah sekolah ke luar negeri. Ke Amerika
ke Nyuw?
5.    Cinta dan Teman-teman    : New York?
6.    Cinta     : Berangkat kapan?

ADEGAN 46
Setting            : di parkiran sekolah.
Deskripsi Suasana    : Cinta dan teman-temannya mengejar pesawat yang sebentar lagi berangkat, tetapi mobil mereka terjebak di parkiran.
1.    Cinta    : (1) Aduh, gimana dong Mil?
2.    Milly    : (1) Mepet banget Ta.
3.    Cinta    : (1) Ya udah deh, gimana?
4.    Memet    : (1) Eh, mau pada buru-buru kemana?
5.    Maura dan Karmen    : (1) Anterin, Met!
6.    Memet    : (1) Ya, ya gue anterin. (2) Kemana?
7.    Karmen    : (1) Cepetan Met!

ADEGAN 47
Setting            : di bandara.
Deskripsi Suasana    : Rangga ragu tentang sikapnya yang pergi tanpa pamit kepada Cinta.
1.    Bapak Rangga    : Yakin, kamu nggak mau nelpon Cinta?
2.    Rangga    : Nggak.
3.    Bapak Rangga    : (1) Sekedar say goodbye?
4.    Rangga    : Dia dah say goodbye duluan.
5.    Bapak Rangga    : Uh payah. Gitu aja nyerah.

ADEGAN 48
Setting            : di mobil.
Deskripsi Suasana    : Cinta dan teman-temannya mengejar pesawat yang hendak berangkat.
1.    Maura    : Mil, aduh gimana dong Mil. Kita buru-buru kan?
2.    Memet    : Jangan, jangan Mil. Jangn Mil.
3.    Cinta    : Ayo Mil, cepetan Mil.
4.    Memet    : Ampun, ampun Mil. Ini mobil bokap gue.
5.    Milly    : Diam aja Met.
6.    Maura    : Memet, jangan ganggu konsentrasi Milly. Tau nggak?
7.    Memet    : Duh, duh. Kok gini sih? Kok gini sih?

ADEGAN 49
Setting            : di bandara
Deskripsi Suasana    : Cinta dan teman-temannya berurusan dengan satpam bandara.
1.    Bapak Rangga    : Tadi nyambung nggak sama Cinta?
2.    Rangga    : Ibunya yang ngangkat. Ibunya nggak ada.
Sementara itu Cinta dan teman-temannya dihadang satpam
3.    Satpam    : Dik, dik, tunggu dik.
4.    Karmen    : Ini penting banget Pak. Ntar deh Pak, kita buru-buru.
5.    Milly    : Ini Pak.
6.    Satpam    : Lho, lho. KTP dan SIM ini asli atau palus?
7.    Milly    : Lha ini mobil siapa Pak? Kan mobil saya.
8.    Memet    : Mobil gue.
9.    Maura    : Itu Rangga, Ta.
10.    Cinta    : Rangga!
11.    Cinta dan teman-teman    : Rangga!
Rangga tak mendengar teriakan Cinta dan teman-temannya.
12.    Satpam II    : Lho, ini mau pada kemana dik?
13.    Karmen    : Pak, kita semua mau perlu banget ketemu sama calon penumpang
yang di sana, Pak.
14.    Milly    : Iya, itu Pak.
15.    Satpam II    : Iya, tapi nggak boleh masuk. Ini khusus untuk paa penumpang.
16.    Karmen    : Duh Pak, ini penting banget Pak.
17.    Satpam II    : Penting sekali untuk apa?
18.    Alya    : Pak, boleh bicara sebentar?
19.    Satpam II    : Ya? (Alya membujuk Satpam II) Silakan, Mbaknya ini aja.
20.    Cinta dan teman-teman    : makasih, Pak.
21.    Cinta    : (berlari) Rangga!
22.    Rangga    : Cinta?
23.    Cinta    : Rangga, waktu terakhir aku ketemu sama kamu. Saya nggak
marah sama kamu. Saya marah sama diri saya sendiri. Rangga,
maafin saya. Saya nggak mau kamu ninggalin saya.
24.    Rangga    : Maksud kamu?
25.    Cinta    : Saya sayang banget sama kamu.
26.    Rangga    : Saya juga sayang banget sama kamu, Ta. Sayang sekali.
27.    Cinta    : Kamu nggak jadi pergi kan?
28.    Rangga    : Saya harus pergi, Ta.
29.    Cinta    : Semua ini nggak fair. Ini nggak fair.
30.    Bapak Rangga    : Rangga! (menunjuk jam tangan)
31.    Rangga    : Sebentar, Yah. Baca halaman terakhir.
Cinta akhirnya menmukan jawaban hatinya tersebut dalam bukunya.
32.    Maura    : Kenapa Balik Mil?
33.    Milly    : Memet ketinggalan di bandara.

SELESAI

Sinopsis film kehormatan di balik kerudung

 “Kehormatan di Balik Kerudung”

 

Kehormatan Di balik Kerudung

Detail :

  • Judul                          : Kehormatan di Balik Kerudung
  • Release                      : 27 Oktober 2011
  • Sutradara                : Tya Subiyakto Satrio
  • Penulis Naskah   : Amalia Putri
  • Penulis Novel       : Ma’mun Affany
  • Produser                  : Chand Parwez Servia
  • Produksi                  : PT. Kharisma Starvision Plus

Pemain Utama :

  • Donita  Sebagai Syahdu
  • Andhika Pratama Sebagai Ifan
  • Ussy Sulistiawaty Sebagai Sofia

Pemain Lain :

  • Erlin Salintan  Sebagai Ibu Syahdu
  • HS Abdullah Ali Sebagai Kakek Syahdu
  • Iwa Rasya  Sebagai Nazmi (Mantan Pacar Syahdu)
  • Nadya Almira Sebagai Ratih (Adik Syahdu)
  • Jordi Onsu Sebagai

Sinopsis :

Film ini diangkat dari novel karya Ma’mun Affany berjudul sama. Sutradaranya, Tya Subiakto Satrio. Meski ini film perdana yang disutradarainya, Tya bukan orang baru di dunia film. Ia adalah ilustrator musik sejumlah film religi, seperti Ayat-Ayat Cinta, Sang Pencerah, Doa yang Mengancam, Perempuan Berkalung Sorban.

KISAH cinta berbumbu religi dan poligami, kembali diangkat oleh film Indonesia.

Syahdu adalah wanita yang berhati mulia namun keras hati. Ia tinggal bersama ibunya serta adiknya, Ratih. Meskipun mereka hidup dalam kesederhanaan, Syahdu sangat mencintai keluarganya. Bermula dari niatan Syahdu (Donita) untuk mengunjungi kakeknya di Pekalongan. Saat menunggu kereta, muncul Ifand Abdussalam (Andhika Pratama), yang mengaku sebagai wartawan, duduk di samping Syahdu. Keduanya berkenalan. Setiba di rumah sang kakek (HS Abdullah Ali), Syahdu mendapati bahwa Ifand ternyata tinggal di desa yang sama. Benih-benih cinta muncul di antara mereka. Syahdu yang tidak terlalu mengerti Islam, dibimbing Ifand untuk belajar agama. Keakraban keduanya mengundang resah warga. Di samping mencegah hal-hal yang tak diinginkan, beberapa warga perempuan menentang hubungan mereka karena ada Sofia (Ussy Sulistyawati), gadis yang telah lama memendam cinta pada Ifand.

Demi meredakan gunjingan warga, kakek meminta Syahdu pulang ke rumahnya. Musibah terjadi. Ibu Syahdu (Erlin Salintan) sakit parah dan harus dirawat di rumah sakit. Syahdu tak punya uang Rp 30 juta untuk biaya pengobatan. Nazmi (Iwa Rasya), mantan  pacar Syahdu yang masih mengharapkan Syahdu mau memberikan uang itu dengan syarat Syahdu harus mau jadi istrinya. Terdesak, Syahdu menerima pinangan Nazmi. Setelah resmi menjadi suami-istri, dengan polosnya Syahdu mengatakan pada Nazmi bahwa ada pria lain mengisi hatinya. Nazmi langsung mengusir Syahdu. Patah hati setelah Syahdu menikah, Ifand memutuskan menikahi Sofia. Secara perlahan, Ifand belajar mencintai Sofia. Keduanya hidup bahagia. Sementara Syahdu yang telah menjanda, makin terpukul mengetahui Ifand sudah menikah dengan Sofia. Akibatnya, Syahdu sering melamun dan sakit-sakitan. Kondisinya terus memburuk.

Ratih (Nadya Almira), adik Syahdu, diam-diam mengirim surat kepada Ifand untuk menceritakan keadaan kakaknya. Atas saran Sofia, Ifand menjenguk Syahdu. Tak sekadar menjenguk, Sofia pun meminta Ifand untuk menikahi Syahdu. Namun apakah benar pernikahan adalah solusi yang terbaik?

contoh sinopsis

The journalist

Film ini menceritakan tentang seorang jurnalis wanita bernama kania yang sangat mencintai profesinya sebagai pencari berita professional, diawal karirnya kania menemui tantangan yang sangat berat dari pimpinan redaksi di perusahaan Koran harian tempat ia bekerja, yaitu kania di manandatkan tugas untuk mencari gembong narkoba sindikat internasional yang berada di Jakarta. Walaupun kania berat untuk menjalani tugas ini karena resiko yang akan di temui sangatlah tinggi, tetapi kania membulatkan niatnya untuk menjalani tugas yang sudah dibebankan kepadanya, dengan kebimbangan hati, kania memulai menjalankan tugasnya, menginvestigasi dan menelisik lebih dalam keberadaan gembong narkoba tersebut, selama 12 jam pencariannya, akhirnya kania menemui persembunyian gembong narkoba terbesar di jakarata itu. Perlahan kania memasuki markas gembong narkoba, kania mendapati sindikat gembong narkoba sedang bertransaksi, dengan kamera SLR nya kania mengambil gambar sindikat yang sedang bertransaksi, tanpa sengaja flas kamera yang di gunakan kania terlihat oleh salah satu sindikat narkoba yang sedang bertransaksi, menyadari perbuatannya diketahui, kania bergegas meninggalkan gedung tua tersebut. Karena persembunyiannya tidak ingin di ketahui polisi, kania pun di kejar oleh dua anggota sindikat narkoba, dalam pelariannya kania beruha untuk menjaga data fakta yg telah didapatnnya, setelah proses melrikan diri yang sangat panjang, akhirnya kania berhasil lolos dari kejaran dua oknum sindikat narkoba tersebut

Analisis Karakter
1.  Nama           :Kania Shafira
2.  Jenis kelamin  :Perempuan
3.  Umur           :23 tahun
4.  Ciri – ciri    :berwajah oriental dengan alis yang aga tipis bemata sipit dan memakai kaca mata, mempunyai badan yang langsing dan cukup tinggi.
5.  Pendidikan     :menjalani pendidikan dari sekolah dasar smpai SMA dengan hasil yang cukup baik, yaitu selalu mendapatkan rangking 5 besar di kelasnya, dan berhasil mencapai S1 di UNIV Indonesia jurusan Jurnalistik.
6.  Status perkawinan   :belum ingin menikah hingga menjadi wartawati senior.
7.  Pekerjaan           :wartawati dari Koran harian TELISIK
8.  Hubungan karakter dengan atasannya, dan teman – teman kantornya           :mempunyai hubungan yang baik dengan atasan maupun teman kantornya.
9.  Apa pendapat karakter dengan pekerjaannya   :ia sangat mendambakan dirinya menjadi seorang wartawati sejak duduk di SMA, jadi ia sangat sangat mencintai dan bangga terhadap profesinya sekarang, ia mempunyai prinsip di dalam dirnya, yaitu selalu mencintai dan totalitas terhadap profesinya sebagai seorang jurnalis.
10. Simpulkan kpribadian karakter ini      :mempunyai disiplin dalam kpribadiannya, mesti sedikit aga manja, ia selalu konsisten terhadap tujuannya.
11. Apa tujuan atau keinginan karakter ini :ingin mengupas tuntas persembunyian sindikat gembong narkoba, agar ia dapat menyelesaikan tugasnya.
12. Mengapa ia ingin mendapatkan hal ini   :karena ia di tugaskan oleh pimpinan redaksinya, dan ingin menjadi seorang jurnalis yang professional.
13. Siapa atau apa yang akan menghalanginya mendapatkan hal  ini? Mengapa? Diasaat ia berhasil menemui camp gembong narkoba,ia tertangkap mata oleh salah satu sindikat gembong narkoba, karna sindikatgembong narkoba tidak ingiin di ketahui persembunyiannya, dua orang sindikat narkoba mengejar kania untuk menagkapnya.
14. Apa kekuatan karakter  ini yang akan membuatnya mendapatkan tujuannya ? apa kelemahannya? Ia sangat komitmen dengan pekerjaanya, dan sangat mencintai profesinya sebagi jurnalis hingga ia merasa mampu untuk menjalani tugasnya. Meski sangat yakin kania mampu menyelesaikan tugasnya, tapi ia mempunyai sedikit ketakutan akan resiko yang akan di hadapi nanti.

Siapa saja crew dalam pembuatan film

Produser adalah seseorang yang membuat film dan bertanggung jawab atas filmnya secara langsung dan melaksanakannya secara sadar.
Tugas seorang produser dinyatakan selesai setelah film release/dinyatakan selesai.

Tugas dan Tanggung jawab Produser:

  1. Mencari dan mendapatkan ide cerita untuk produksi.
  2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau skenario film.
  3. Menyusun rancangan produksi.
  4. Menyusun rencana pemasaran.
  5. Mengupayakan anggaran-dana untuk produksi.
  6. Mengawasi pelaksanaan produksi melalui laporan yang diterima dari semua departemen.
  7. Bertanggung jawab atas kontrak kerja  secara hukum dengan berbagai pihak dalam produksi yang dikelola.
  8. Bertanggung jawab atas seluruh produksi.

Hak-hak Produser:

  1. Memilih dan menetapkan penulis skenario dan sutradara.
  2. Menetapkan pemain dan kru produksi utama berdasarkan calon yang telah ditetapkan dalam rancangan produksi dan juga berdasarkan usulan sutradara dan manajer produksi.
  3. Mengarahkan dan memberikan panduan (guide) kepada manajer produksi serta meletakkan dasar-dasar strategi bagi pelaksanaan produksi dan pengelolaan produksi (administratif).
  4. Mendapatkan laporan dari semua departemen (progress report).
  5. Berhak memberikan keputusan bila terjadi konflik di lapangan, terutama bila kegiatan produksi terganggu.
  6. Memberhentikan/mengganti pemain/kru produksi apabila terbukti terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan produksi tersebut yang merugikan produksi.
  7. Memberikan keputusan atas konsep kreatif sutradara yang menyimpang dari rancangan produksi.
  8. Menghentikan produksi apabila dalam pelaksanaan produksi terjadi penyimpangan dari yang telah disepakati.

Penulis Skenario adalah sineas profesional yang menciptakan dan meletakkan dasar acuan bagi pembuatan film dalam bentuk (format) naskah (skenario).

Tugas dan Kewajiban Penulis Skenario:

  1. Menciptakan dan menulis dasar acuan dalam bentuk naskah/skenario atas dasar ide cerita sendiri atau dari pihak lain.
  2. Bagi penulis dasar acuan itu bisa dilakukan secara bertahap mulai dari ide cerita, sinopsis (basic story), treatment dan skenario, atau bisa langsung menjadi skenario.
  3. Bekerja dari tahap pengembangan ide (development) sampai jangka waktu terakhir (praproduksi).
  4. Membuat skenario dengan format yang telah ditentukan.
  5. Menjadi narasumber bagi pelaksana produksi bila diperlukan.
  6. Penulis Skenario adalah orang yang mempunyai keahlian membuat transkripsi sebuah film. Membuat film dalam bentuk tertulis.

Hak-hak Penulis Skenario:

  1. Mendapatkan bahan acuan yang memadai sesuai dengan yang telah disepakati untuk menunjang penulisan scenario.
  2. Mendapatkan kelengkapan bahan acuan penulisan scenario dalam bentuk; melakukan riset literature dan/atau riset lapangan.
  3. Apabila bahan acuan penulisan scenario dilakukan secara tim, maka nama anggota tim yang terlibat berhak untuk dicantumkan dalam credit title.
  4. Mendapatkan waktu yang memadai untuk melaksanakan proses riset dan penulisan scenario.
  5. Menerima pertimbangan dari pihak lain apabila ada pengurangan, perubahan dan penambahan materi dasar dalam scenario (antara lain; ide dasar, plot, dialog, karakter tokoh-tokoh dan lain sebagainya).
  6. Namanya tercantum dalam credit title dan bahan publikasi lainnya (publicity material).
  7. Apabila scenario ditulis oleh sebuah tim, maka nama anggota tim yang terlibat dicantumkan dalam credit title.

Sutradara menduduki posisi tertinggi dari segi artistik. Ia memimpin pembuatan film tentang bagaimana yang harus tampak oleh penonton. Sutradara harus mampu membuat film dengan wawasan, sense of art, serta pengetahuan tentang medium film, untuk mengontrol film dari awal produksi sampai dengan tahap penyelesaian.

Departement Camera
Pengertian Sinematografi :
Secara sederhana, Sinematografi dapat diartikan sebagai seni dan teknologi dari fotografi gambar bergerak (motion picture photography).
Seni Sinematografi :

  1. Memvisualisasikan sesuai skenario dan konsep penyutradaraan.
  2. Mengkomposisikan sebuah adegan.
  3. Menciptakan look dan mood.
  4. Melukis adegan dan aktor dengan pencahayaan.
  5. Penggambaran setiap shot untuk melebur ke dalam cerita.

Teknologi Sinematografi :

  1. Pemilihan kamera, lensa, dan filter.
  2. Pemilihan bahan baku untuk dapat menetapkan look dari filmnya.
  3. Pemilihan peralatan lampu dan menguasai kondisi lokasi.
  4. Koordinasi dengan personil film dan lighting.
  5. Integrasi dengan spesial efek.

Seorang sinematografer diharapkan menterjemahkan naskah cerita dan konsep sutradara ke dalam imaji visual. Kolaborasi mereka sudah dimulai jauh sebelum shooting dimulai.

Tim Kerja Departemen Kamera :

1. Sinematografer/Pengarah Fotografi/Director of Photography
2. Operator Kamera
3. Asisten Kamera 1 / focus puller
4. Asisten Kamera 2 / clapper loader / DV Engineer
5. Kontinuiti Cahaya / still foto
6. Gaffer
7. Best Boy
8. Electrician
9. Grip
10. Best Boy

Cameraman / Juru Kamera :
Juru kamera secara teknis melakukan perekaman visual dengan kamera mekanik ataupun elektronik dalam produksi film di bawah arahan pengarah fotografi dan bertanggungjawab kepadanya. Sutradara juga bekerja sama dekat dengan operator kamera untuk memastikan bahwa pandangan sutradara ditangkap oleh film sebagaimana yang diinginkan. Operator kamera adalah kru dari yang terpilih dalam produksi film yang secara langsung bertanggungjawab dari apa yang terlihat di layar.

Tanggungjawab pribadi adalah menjalankan kamera dan menghentikannya sesuai petunjuk/isyarat dari sutradara. Mengoperasikan kamera sesuai mood cerita dan efisien selama produksi dan menjaga komposisi frame yang pantas. Dalam produksi menggunakan video, juru kamera menggunakan headset yang dihubungkan dengan sutradara. Juru kamera bertanggungjawab kepada pengarah fotografi atas panning dan tilting dari kamera dan menjaga shot frame serta komposisi yang sudah diisyaratkan oleh pengarah forografi dan mempunyai kekuasaan untuk membatalkan shot karena kesalahan gerak kamera, fokus, komposisi, atau berbagai gangguan yang tidak diinginkan dalam frame oleh orang, benda dan lainnya.

Pada proyek film dengan bujet kecil, peran operator kamera biasa dipegang langsung oleh pengarah fotografi. Ia berkonsentrasi pada semua hal yang berhubungan dengan sinematografi dengan bantuan beberapa orang asisten. Sistem Inggris (English System), biasanya memerlukan seorang operator kamera untuk melakukan pembngkaian gambar, karena pengarah fotografi berkonsentrasi penuh terhadap penataan cahaya. Ia menginstruksikan operator kamera tentang penggunaan lensa dan filter yang dibutuhkan, serta gerak kamera yang berhubungan dengan penggunaan alat bantu lainnya, seperti dolly atau crane.

Tugas dan Kewajiban Juru kamera (Operator Kamera):
Tahap Persiapan produksi:

  1. Menganalisa mood dari skenario dan konsep sutradara. Dengan melakukan pengarahan, melakukan persiapan dan pemeliharaan peralatan kamera serta sarana penunjangnya.
  2. Melakukan uji coba secara teknis atas peralatan dan bahan baku yang akan dipergunakan dalam produksi.
  3. Melakukan koordinasi dengan key grip sehingga secara teknis dan efisien mampu melaksanakan konsep visual dan gerakannya.

Tahap Produksi:

  1. Melakukan perekaman visual secara teknis sesuai arahan pengarah fotografi, baik dalam hal komposisi, sudut pengambilan, gerak kamera dengan segala perubahannya.
  2. Mengkoordinasikan awak/kru kamera dalam melaksanakan tugasnya.
  3. Menjaga dan memelihara peralatan kamera dalam kondisi baik dan siap pakai.

Hak-hak Juru Kamera (Operator Kamera):

  1. Memberikan usulan yang bersifat teknis agar tercapai hasil rekaman yang baik.
  2. Meminta pengambilan ulang bila secara teknis hasil rekaman sebelumnya kurang baik.
  3. Operator kamera berhak untuk mengingatkan setelah pengambilan gambar, seperti menegur pengatur boom atau microphone apabila masuk ke dalam shot, refleksi equipment atau kru pada kaca, fokus yang tidak tajam atau kesalahan fokus lainnya, flare pada lensa, gerak kamera yang kurang halus atau kurang baik, dan hal-hal lain yang dapat mengurangi keindahan shot yang diinginkan. Pada produksi film yang memiliki bujet besar, operator kamera dapat melaporkan segala hal yang menjadi kekurangan setelah selesai melakukan pengambilan gambar.

Departement Artistik

Pengertian TATA ARTISTIK:
Tata Artistik sebagai seni dan kerajinan (craft) dari cara bertutur sinematik (cinematic storytelling).
Yang termasuk di dalam seni tata artistik:

1. Merancang desain-desain sesuai skenario dan konsep sutradara
2. Menciptakan look dan style
3. Menghadirkan karakter melalui penciptaan lewat makeover elemen artistik

Yang termasuk di dalam kerajinan (craft):
1. Pemilihan material untuk menetapkan look dan style
2. Pemilihan tekstur sesuai kondisi lokasi dan periode
3. Koordinasi dengan personel tata artistik dan anggota produksi film lainnya.

Seorang production designer (perancang tata artistik) diharapkan mampu menterjemahkan skenario dan konsep cerita ke dalam bentuk artistik yang nyata (kasat mata). Kolaborasi sutradara, penata fotografi (DoP) dan production designer sudah dilaksanakan jauh sebelum shooting dimulai.
Tata Artistik berarti penyusunan segala sesuatu yang melatarbelakangi cerita film, yakni menyangkut pemikiran tentang setting. Yang dimaksud dengan setting adalah tempat dan waktu berlangsungnya cerita film.
Setting harus memberi informasi lengkap tentang peristiwa-peristiwa yang sedang disaksikan penonton.

1. Setting menunjukkan tentang waktu atau masa berlangsungnya cerita. Apakah dahulu, sekarang, atau di masa mendatang.
2. Tentang tempat terjadinya peristiwa. Di kota, desa, di dalam ruangan, atau di tempat-tempat terbuka. Bagaimana dengan lingkungan masyarakatnya? Adat?

Bidang Kerja Departemen TATA ARTISTIK:

1. Praproduksi

1. Membuat sketsa-sketsa awal
2. Menuangkan sketsa menjadi rancangan desain-desain
3. Menentukan color palette
4. Menentukan konsep artistik secara integral
5. Merancang biaya tata artistik

2. Produksi

1. Menjadwalkan pembagian shot
2. Membuat setting dan property
3. Menjaga kontinuitas artistik
3. Pascaproduksi (pertanggungjawaban tata artistik)

Tim Kerja Departement Artistik

Selain profesi di bawah, di dalam departemen tata artistik masih ada beberapa pekerja lain yang mendukung. Diantaranya adalah asisten art director, set decorator, set dresser, property master, property bayer, hair and make up, costum designer, wardrobe dresser, production ilustrator, location manager dan special effect.

Art Director (Penata Artistik)

Pengertian:
Art director secara teknis adalah koordinator lapangan yang melaksanakan eksekusi atas semua rancangan desain tata artistik/gambar kerja yang menjadi tanggungjawab pekerjaan production designer. Seluruh proses penyediaan material artistik sejak persiapan hingga berlangsungnya perekaman gambar dan suara saat produksi menjadi tanggunghawab seorang art director.

Penyimpangan/perubahan pada saat eksekusi atas rancangan desain tata artistik/gambar kerja minimal harus atas persetujuan production designer atau sutradara terlabih dahulu. Seluruh proses dan hasil kerja seorang art director di bawah kendali/menjadi tanggungjawab production designer.
Pada proyek produksi dengan biaya terbatas, peran art director biasa dipegang langsung oleh production designer. Ia berkonsentrasi pada semua hal yang berhubungan dengan rancangan tata artistik dengan bantuan beberapa orang asisten.

Sistem produksi yang diterapkan di Eropa biasanya diperlukan seorang art director untuk mengeksekusi semua rancangan tata artistik karena seorang production designer berkonsentrasi penuh terhadap tata artistik secara menyeluruh. Production designer menginstruksikan art director dan timnya tentang tata letak seluruh elemen-elemen artistik, baik di dalam set maupun untuk persiapan adegan selanjutnya.

Tugas dan Kewajiban ART DIRECTOR:

Tahap Praproduksi:

1. Menjadi koordinator teknis eksekusi (eksekutor) tata artistik sejak persiapan hingga menjelang dilaksanakannya perekaman gambar dan suara di lokasi yang telah ditentukan.
2. Membuat breakdown dan jadwal kerja khusus bidang tata artistik.
3. Menyiapkan elemen-elemen material tata artistik lebih awal sesuai dengan rancangan gambar kerja dari production designer sebagai kesiapan menjelang shooting.
4. Bersama-sama manajer produksi dan asisten sutradara membuat jadwal shooting.

Tahap Produksi:

1. Menjadi koordinator teknis eksekusi (eksekutor) tata artistik termasuk penanggungjawab penyediaan segenap unsur tata artistik sesuai dengan tahapan proses perekaman gambar dan suara.
2. Mengarahkan pelaksanaan kerja staf tata artistik dan menentukan kualitas hasil akhir sebelum dan selama proses perekaman gambar dan suara.

Hak-hak Art Director:

1. Bersama production designer memilih dan menentukan tim kerja bidang tata artistik yang profesional dan cocok untuk bekerja dalam sebuah produksi film.
2. Art director berhak menolak perubahan bentuk tata artistik yang tidak mendapat persetujuan dari production designer dan sutradara.

TATA CARA MEMBUAT FILM PENDEK

 
Membuat film kita lebih OK!.
Berikut ini adalah beberapa hal penting yang harus kita perhatikan dalam membuat film pendek. Dengan mengikuti langkah-langkah yang akan diuraikan ini, maka kita dapat mengurangi beberapa hal yang tidak seharusnya kita lakukan. Meskipun begitu, ini merupakan saran-saran saja, dan dapat dikembangkan berdasarkan keahlian dan pengalaman. Take a look..
1. Apakah film Anda layak ditonton
Sebelum semuanya dimulai, maka selayaknya kita bertanya: apakah semua orang pasti menonton film yang akan kita buat ?. Jawabnya, No!. Artinya tidak semua orang ‘pasti’ akan menonton film kita. Sebelum menulis skenarionya, mari tanyakan kepada diri sendiri terlebih dahulu; mengapa orang harus menonton film yang akan kita buat.
2. Jangan mulai produksi tanpa adanya budget
Film, meskipun sederhana sangat membutuhkan biaya!. Besar biaya memang tidak terbatas, bisa besar bisa kecil. Dengan membuat prakiraan biaya (budget), maka kita akan lebih tahu apa yang harus kita lakukan dengan uang yang dimiliki. Produksi tanpa budget menyebabkan rencana-rencana tidak bisa diprediksi. Apalagi jika uang yang tersedia tidak mencukupi, bisa-bisa film yang sedang dikerjakan tidak selesai-selesai.
3. Minta persetujuan pihak-pihak yang terlibat
Sebelum shooting dilakukan, ada baiknya meminta persetujuan tertulis dari pihak-pihak yang terlibat didalam film, seperti aktor/aktris, music director, artwork, sponsor, atau siapa saja yang ingin berkontribusi. Bereskan dulu semua ini!. Karena kalau memintanya saat shooting dimulai, maka ‘kemangkiran-kemangkiran’ dari pihak-pihak tersebut akan terasa sulit dimintakan pertanggung jawabannya. Maka, do it Now!.
4. Buatlah film pendek yang memang pendek!
Penulis naskah dan/atau sutradara harus bisa memenuhi standar yang menyatakan bahwa sebuah film adalah film pendek. Bertele-tele dalam penyajiannya akan membuat penonton bosan. Jika itu film pendek..maka harus pendek. Meskipun sulit, tapi memang harus begitu. Standar film pendek adalah maksimal berdurasi 30 menit!.
5. Jika memakai aktor yang tidak professional, maka lakukan castingTidak lepas kemungkinan film pendek dibintangi oleh aktor/aktris yang tidak professional (amatir). Ini sih wajar-wajar saja. Apalagi mereka (mungkin) tidak dibayar. Tapi untuk memilih karakter-karakter pemain yang sesuai, wajib melakukan pemilihan peran (casting). Jangan memilih orang sembarangan apalagi casting baru akan lakukan beberapa saat menjelang shooting. Berbahaya!.
6. Tata suara sebaik-baiknya
Tata suara yang buruk pada kebanyakan film pendek (meskipun memiliki konsep cerita menarik) menyebabkan tidak nyaman ditonton. Gunakan perangkat pendukung tata suara seperti boom mike untuk mendapatkan hasil yang baik. Kalau gak punya, iya beli lah atau minimal pinjam aja…
7. Yakin OK saat shooting, jangan mengandalkan post-production
Saat ini semua film kebanyakan dikerjakan dengan kamera digital. Maka tidak sulit untuk memeriksa apakah semua hasil shooting sudah memenuhi sarat atau belum dengan melakukan playback. Periksa semua! frame dialog, tata suara, pencahayaan atau apa saja. Apakah sudah sesuai dengan kualitas yang diinginkan ?. Sangat penting; periksa setelah shooting, bukan pada saat pasca produksi.
8. Hindari pemakaian zoom saat shooting
Kameraman yang baik adalah yang bisa mengurangi zooming. Kecuali bisa dilakukan dengan sebaik mungkin. Mendapatkan gambar lebih dekat ke objek sangat baik menggunakan dolly, camera glider, atau lakukan cut and shoot!.
9. Hindari pemakaian efek yang tidak perlu
Sebuah film pendek banyak mengandalkan efek-efek seperti; memulai film dengan alarm hitungan mundur (ringing alarm clock), transisi yang berlebihan seperti dissolves/wipe, dan credit titles yang panjang. Pikirkan dengan baik, apakah hal-hal ini perlu ditampilkan atau tidak. Pilihan yang sangat bijak jika semua itu tidak terlalu berlebihan.
10. Hindari shooting malam di luar ruang
Suasana gelap adalah musuh utama kamera (camcorder). Pengambilan gambar diluar ruang pada malam hari sangat membutuhkan cahaya. Apabila tidak menggunakan lighting yang cukup maka hasilnya akan jelek sekali. Meskipun dapat melakukan color correction pada saat editing, tapi sudah pasti dapat menyebabkan noise dan kualitas gambar menjadi drop. Paling baik adalah merubah skenario menjadi suasana siang hari. Tidak akan mengganggu cerita toh?.
14 langkah membuat film sendiri !!!
Akhir-akhir ini, banyak yang memprotes para produsen sinetron Indonesia yang dianggap telah kehilangan daya kreatif sehingga akhirnya menyadur film yang diproduksi orang luar. Tapi, sebenarnya, bagaimana sih cara membuat film itu? Posting ini bukan sebuah pembelaan, dan bukan pula sebuah hujatan baru. Hanya ingin menunjukkan… Begini lho, caranya membuat film. Pada dasarnya, membuat film itu dapat dibagi ke dalam 14 tahapan. Apa saja?
1. IDE
Idealnya, IDE ini harus unik dan original. Tapi, memutuskan untuk menyadur sebuah karya orang lain itu juga termasuk sebuah IDE lho… Untuk mencari IDE, banyak cara yang bisa dilakukan. Melakukan pengamatan terus-menerus, jalan-jalan ke tempat yang aneh dan belum pernah didatangi manusia, nangkring di pohon asem di pinggir jalan sambil mengamati kendaraan yang lalu lalang, atau bahkan duduk santai di sebuah food court di suatu plaza atau mall. Melamun sendirian di dalam kamar (atau di kuburan) juga bisa mendatangkan ide, kok…
2. Sasaran
Setelah mendapatkan IDE, tentukan sasaran dari film yang akan dibuat. Koleksi pribadi? Murid SMU? Komunitas S&M? Para Otaku? Para Blogger? Siapa yang akan menonton film itu nantinya? Itu juga harus ditentukan dengan jelas di awal. Jangan sampai terjadi, film tersebut ditujukan untuk anak SMU tapi karena tidak disosialisasikan dengan jelas, akhirnya dipenuhi adegan berantem penuh darah ala film 300 nya Zack Snyder.
3. Tujuan
IDE dan Sasaran sudah ditetapkan. Yang harus dipastikan selanjutnya adalah tujuan pembuatan film. Ingin menggugah nasionalisme seperti Naga Bonar? Ingin mengajarkan betapa pentingnya keluarga? Ingin menyampaikan pesan terakhir sebelum nge-bom atau pesan anti-perang dalam Platoon? Ingin mendapatkan kepuasan pribadi seperti pembuatan film Passion of the Christ? Atau mengajarkan tentang harga dari sebuah kesombongan dalam Titanic?Apa & Kenapa?
4. Pokok Materi
Berikutnya adalah menyusun pokok materi. Apa sih pesan yang ingin disampaikan? Ungkapan cinta? Sekedar pesan mengingatkan bahaya merokok?
5. Sinopsis
Sinopsis adalah ringkasan yang menggambarkan cerita secara garis besar. Semacam ide awal gitu loh. Dari sinopsis ini, nantinya bisa dikembangkan menjadi cerita yang lebih detil.
6. Treatment
Tahapan ini adalah penggambaran adegan-adegan yang nantinya akan muncul dalam cerita. Tidak mendetil. Contoh treatment itu seperti ini…
Ada seorang perokok yang sedang merokok dengan santainya. Kemudian tiba-tiba dia batuk-batuk dengan hebat dan agak lama. Sebelum beranjak pergi, orang itu membuang rokoknya sembarangan. Tiba-tiba muncul api…
7. Naskah
Naskah adalah bentuk mendetil dari cerita. Dilengkapi dengan berbagai penjelasan yang mendukung cerita (seting environment, background music, ekspresi, semuanya…). Contoh naskah itu, seperti ini…
FS. Ali mengayuh becak. Ais duduk merenung, tidak mempedulikan Ali yang bolak-balik menatapnya.
Ali : Dak usah dipikir lah, Mbak…
Ais : (kaget) Heh? Apa, Bang?
Tapi sebuah naskah juga harus disertai yang namanya dialog. Jangan njelaskan kesana-kemari tapi percakapannya nol (kecuali film bisu, tapi karena kita tidak sedang bicarain film bisu, kita tidak usah membicarakannya disini). Banyak sekali tipe dialog, tapi yang pasti, dialog yang baik adalah dialog yang yang bisa menjelaskan/menggambarkan suasana hati, keadaan, dan situasi yang dialami para karakternya, yang sedang terjadi dalam suatu scene adegan. Ada dialog yang sangat sederhana, sampai dialog yang sangat dalam hingga kita seakan-akan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh para pemain film yang bersangkutan, bahkan tak sedikit terdapat dialog yang konyol dan terkesan membodohi audiensnya. Banyak sekali macamnya. Tergantung kita ingin memakai yang seperti apa.
Contoh dialog bawah ini adalah potongan dialog dalam film Batman Begins, dimana kebanyakan dialog yang bertebaran sepanjang keseluruhan durasi film ini memiliki kekuatan di atas rata-rata & menurut saya ini adalah salah satu film dengan bahasa berat namun mudah dicerna, memiliki banyak makna dalam setiap scene adegannya, plot twist, serta jumping scene yang maju mundur, namun kita, para audiensnya, saya yakin bisa menerimanya atau bahkan ikut larut terbawa arus penceritaan didalamnya. Adapun potongan dialog tersebut adalah sbagai brikut:
(Sebuah scene di sebuah lift di dasar terowongan BatCave, ketika api menjilat-jilat panas nun jauh di atas sana)
Alfred : kenapa kita jatuh, Tuan Wayne?
Bruce Wayne : (diam keheranan sambil menatap Alfred)
Alfred : (Sambil tersenyum, ia menjawab) Supaya kita bisa belajar bangkit kembali.
Bruce Wayne : Belum hilangkah keyakinanmu padaku?
Alfred : (menjawab dengan suara lantang dan penuh rasa optimis, dengan tetap tersenyum) Tidak pernah.
8. Pengkajian
Pengkajian disini, adalah yang dilakukan oleh seorang ahli isi (content) atau ahli media. Yang dikaji, adalah apakah naskahnya sudah sesuai dengan tujuan semula? Dan hal-hal yang mirip seperti itu…
9. Produksi Prototipe
Proses ini dibagi jadi 3 sub-tahap, yaitu pra-produksi (penjabaran naskah, casting pemain, pengumpulan perlengkapan, penentuan dan pembuatan set, penentuan shot yang baik, pembuatan story board, pembuatan rancangan anggaran, serta penyusunan kerabat kerja), produksi (pengambilan gambar sesuai dengan naskah dan improvisasi sutradara), purna-produksi (intinya adalah editing).
10. Uji coba
Uji coba ini dilakukan dengan memutar prototipe di hadapan sekelompok kecil orang. Kalau produsen film besar, biasanya melakukan ini di hadapan para kritikus. Tujuannya adalah untuk mengetahui respon dari calon audiens.
11. Revisi
Setelah ada respon, maka dilakukan perubahan jika diperlukan. Karena itu lah, banyak film yang memiliki deleted scenes. Itu diakibatkan proses uji coba dan revisi ini.
12. Preview
Preview itu adalah pemutaran perdana, di hadapan para ahli isi, ahli media, sutradara, produser, penulis naskah, editor, dan semua kru yang terlibat dalam produksi. Tujuan dari preview ini adalah untuk memastikan apakah semuanya berjalan lancar sesuai rencana atau ada penyimpangan. Bisa dikatakan, bahwa preview ini adalah proses pemeriksaan terakhir sebelum sebuah film diluncurkan secara resmi.
13. Pembuatan Bahan Penyerta
Bahan Penyerta itu adalah poster iklan, trailer, teaser, buku manual (jika film yang dibuat adalah sebuah film tutorial), dan lain sebagainya yang mungkin dibutuhkan untuk mensukseskan film ini.
14. Penggandaan
Tahap terakhir adalah penggandaan untuk arsip dan untuk didistribusikan oleh para Joni (-inget Film Janji Joni-, tapi ini terjadi pada jaman dulu kala, waktu format film digital masih ada di angan-angan).
Nah, demikian lah proses produksi sebuah film. Dari awal sampai akhir, siap untuk didistribusikan. Jadi, apa lagi yang ditunggu? Mari kita produksi film-film berkualitas agar tidak dikatakan bahwa sineas Indonesia telah kehilangan kreatifitas dan tidak bisa memproduksi karya orisinil lagi. SEMANGAT!!!
N.B: Saya persembahkan hasil pemikiran saya selama setahun terakhir ini buat mereka, para MovieFreak & Moviegoers sejati. Saya merangkum dan menulis secara diam-diam blog saya ini tanpa sepengetahuan siapapun, sebelum saya add ke FS saya pribadi. Saya menyadari bahwa saya hanyalah mahasiswa yang peduli terhadap perfilman, bukan asli insan film, sehingga jika masih terdapat banyak kekurangan, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Walaupun begitu, inilah tulisan saya, inilah kumpulan artikel yang saya rangkum dan saya perdalam sendiri, dari berbagai media dengan segala keterbatasan waktu, pikiran, dan tenaga saya. Semoga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Salam.